Salah satunya PTM yang menjadi momok di Indonesia adalah Penyakit kardiovaskular atau penyaki jantung dan pembuluh darah. Di Indonesia angka kematian akibat kardiovaskular (death rate) sebesar 35% di tahun 2016. Pun secara global penyakit jantung dan pembuluh darah ini menjadi penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian dengan angka 45%.
Ada beberapa faktor resiko penyebab PTM, pertama kurangnya aktifitas fisik, kurangnya konsumsi sayur dan buah untuk penduduk berusia di atas 10 tahun, konsumsi alkohol dan kebiasaan merokok.
Saya tertarik untuk membahas kebiasaan merokok, kenapa? karena ini juga sudah menjadi hal yang serius. Tapi harap diingat, saya tidak masalah dengan perokok, karena teman dan saudara saya adalah perokok. Kalau saya membenci perokok, sama saja saya membenci mereka.
Yang saya benci adalah efek yang ditimbulkan rokok dan para korporasi yang seakan tidak peduli dan menganggap rokok baik-baik saja.Â
Menurut penelitian, budaya merokok dimulai dari keluarga. Jika orangtuanya merokok, 70-80% anaknya akan merokok. Jadi kalau ada orang tua yang melarang anaknya merokok, harusnya mereka memberi contoh terlebih  dahulu.
Cukup mengejutkan saat saya tahu ada 36.3% perokok berusia 15 tahun. Dan 1.9%nya adalah perempuan berumur 10 tahun. Bahkan prevalensi merokok pada penduduk di bawah 18 tahun terus meningkat dari tahun ke tahun. Sekarang pertanyaannya untuk para orang tua, masihkan mau merokok di depan anak-anaknya?
Saya beruntung sekali bisa bertemu langsung dengan dr. Ade Meidian Ambari, SpJP, FIHA, FAsCCÂ , Department of Cardiology and Vascular Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia. National Cardiac Center Harapan Kita Hospital.
dr. Ade secara sederhana menjelaskan bagaimana penyakit janntung terjadi dan apa yang menjadi penyebab utamanya. Lagi-lagi penyebab utamanya adalah rokok.
Para perokok sebanyak 64% mempunyai masalah pada jantung dan pembuluh darah. Setidaknya itu yang terlihat di RS Harapan Kita, Jakarta, sebagai rumah sakit khusus jantung type A. Di rumah sakit ini menerima pasien rujukan BPJS dari berbagai RS di seluruh Indonesia.
Rumah sakit ini mempunyai perlengkapan terbaik untuk penyakit jantung dan pembuluh darah. Tidak hanya fasilitas dan alat operasi, fasilitas recovery seperti Gym di RS Harapan Kita sangat, sangat baik.
Saya berkesempatan berbincang dengan salah satu pasien saat sedang latihan di Gym RS Harapan Kita. Seorang bapak berumur 50 tahun dari Bengkulu yang mulai merasakan gejala penyakit jantungnya 5 tahun lalu.Â