Joe Taslim jadi Ambassador TVS Motor Company Indonesia, Siapa yang gak kenal sama artis yang satu ini..?
kalau belum kenal, saya kasih tau deh. Cowo kelahiran Palembang 28 Juni 1981 ini mempunyai latar belakang sebagai atlit judo. Kehadiran dalam film The Raid mencuri perhatian penikmat film Indonesia, bahkan publik dunia. Buktinya Joe Taslim di ajak bermain di film The Fast and Fourius 6 beradu akting dengan Van Diesel dan Paul walker, bahkan Joe Taslim pun di percaya memerankan karakter Manas Alien Antagonis di Star Trek Terbaru.
Tentu banyak yang bertanya kenapa TVS Indonesia menggandeng Joe Taslim buat jadi brand ambassador mereka. Apa sebenarnya yang di cari dari lelaki yang setidak sudah membintangi 5 buah brand di Indonesia ini.
Menurut saya Joe Taslim yang dalam setiap filmnya di gambarkan dengan sosok yang tangguh, gesit dan tahan banting bisa jadi salah satu kriteria yang di lirik oleh TVS, belum lagi sosoknya kini sudah meng-Internasional dengan kemampuannya dalam berakting dan beladiri.
“Pembawaan Joe Taslim yang fun, kharismatik lalu macho dan tangguh ini lah yang mebuat TVS memutuskan Joe Taslim menjadi Ambasador kami. Sesuai dengan karakter yang ingin di tamplikan dalam varian Apache, khususnya TVS Apache RTR 200 4V”. Rio Aditia Putra menjelaskan selaku Deputy Manager Corcoom TVS Motor Company Indonesia.
Joe Taslim sendiri tidak sembarangan memilih produk atau brand yang mau mengajaknya berkolaborasi. Khusus TVS, Joe Taslim mengaku sudah membawa TVS Apache RTR 200 4V dalam berbagai kesempatan termasuk membawanya pulang.
Menurutnya, “TVS Apache RTR 200 4V ini, desainnya luar biasa keren manuveringnya untuk penggunaan di Jakarta bagus banget”. Sebenarnya Joe Taslim sudah mempunyai motor Harley Davidson, tapi untuk keseharian dia lebih memilih motor berkapasitas mesin sedang seperti TVS Apache RTR 200 4V.
Sebetulnya kami para kompasianer berkesempatan untuk bertemu dengan brand ambassador TVS yang luar biasa ini saat event Kompasiana JoyRide With TVS to Karawang beberapa waktu lalu. Sayangnya, walau perjalanan touring ini sudah di rancang dengan seksama tapi kendala di jalanan yang tidak pernah bisa di prediksi, kami batal untuk bertemu Joe Taslim yang dijadwalkan akan bertemu di TVS Karawang Factory Indonesia.
Walau rekan-rekan dari TMC (TVS Motor Community) sudah bekerja keras untuk menjaga agar rombongan tetap utuh tetap saja rombongan kompasianer terpecah. Setidak ada 2 group kecil yang terpisah dari group besar. Kalau tidak salah, group kecil pertama itu ada kang Didno dan Admin Kompasiana yang luarbiasa tangguh mengikuti kami yaitu Om Radja dan Om Kevin yang sudah terlebih dahulu sampai di Tambun saat yang lain masih di Bekasi.
Kemudian Group kecil kedua yang terpisah adalah saya sendiri bersama om Baskoro dari Jogja. Posisi saya selalu berusaha membuntuti om Bas yang pada saat itu membawa TVS Apache 180, sambil saya sesekali melihat jauh kedepan melihat rombongan. Patokan saya waktu itu adalah pengendara motor yang menggunakan jacket hitam bercorak merak di tengah, sayangnya saat kami sudah makin dekat dengan orang ber-jacket hitam bercorak merak di tengah tersebut, ternyata kami salah mengikuti. Orang tersebut ternyata menggunakan motor yang berbeda merk dengan TVS, Upppssss sakitnya tuh disini.
Namun akhirnya dengan kordinasi yang baik semua rombongan berhasil berkumpul di Cikarang.
Memasuki TVS Karawang Factory Indonesia
Melangkah memasuki TVS Karawang Factory Indonesia yang saya rasakan adalah area yang sangat luas dan masih banyak lahan kosong yang masih bisa digunakan untuk pengembangan pabrik kedepannya. Logo kuda meloncat menyambut kami di gedung pabrik utama. Disinilah semua varian TVS di rakit atau pun di buat sebelum akhirnya di sebarkan keseluruh Indonesia.
Semua Part tersusun dan berjajar rapi, melihat pabrik TVS saya jadi teringat saat saya di ajak oleh Kompasiana juga mengunjungi pabrik mobil salah satu brand. Walau tidak serumit perakitan mobil tapi konsep kerjanya hampir sama.
Jadi ada sebuah rel yang panjangnya kurang lebih 100meter, di sana tempat perakitan di mulai dari hanya rangka motor sampai di ujung rel sudah menjadi motor yang sudah siap di distribusikan. Perlahan, rangka itu melaju melewati beberapa bagian untuk di lengkapi part-part motor dan diperiksa dengan teliti oleh orang yang bertanggung jawab untuk bagian tersebut. Saat saya di sana kalau tidak salah dir el tersebut sedang memproduksi varian TVS Apache 200 berwarna hitam.
Yang menariknya lagi, saya berkesempatan melihat sebuah ruang kaca yang di dalam terdapat motor yang sedang di tes jalan (simulasi) melewati gundukkan (polisi tidur) secara terus menerus sampai tercapai 10ribu gundukan. Pihak TVS melakukan hal ini untuk mengetes kekuatan komponen yang ada pada setiap motor. Tujuannya untuk menjaga kualitas part komponen yang di produksi oleh vendor di luar TVS sehingga tetap terjaga kualitas kekuatan dari part tersebut.
Tapi jangan khawatir untuk teman-teman yang ingin membeli TVS, karena tidak semua motor yang akan keluar pabrik akan di tes seperti di atas. Semua motor yang keluar dari pabrik di jamin baru dan gress lulus QC dan siap untuk di pakai.
Yang seru lagi adalah saat saya mencoba untuk pertama kali TVS Apache RTR 200 4V baru dari pabrik. Sebenarnya ada 2 varian lain yang di sediakan tapi saya memilih TVS Apache RTR 200 4V . Boleh lah sedikit bangga jadi Kompasianer yang pertama kali ngetes TVS Apache RTR 200 4V di area test ride TVS Karawang Factory. Rupanya rekan kompasianer lain masih malu-malu atau sedikit lelah.
Pertama kali mendaratkan pantat dengan mulus di jok motor berpasitas 200cc ini, saya agak canggung. Tinggi badan yang 160cm membuat posisi kaki sedikit Jin-jit agar bisa menyentuh tanah (nasib bertinggi badan seadanya).
Kesan pertama, motor ini cukup responsive walau pun saat RPM cukup tinggi mesin seperti tertahan tidak mau akselerasi. Ini pun dikeluhkan oleh Om Enno dan beberapa Kompasianer yang mencoba TVS Apache RTR 200 4V.
Selidik punya selidik, ternyata ini karena teknologi yang di usung TVS Apache RTR 200 4V. Jadi kalau indikator bensin sudah menunjukkan akan habis maka motor ini secara otomatis mengatur konsumsi bahan bakarnya, sehingga tidak bisa kalau mesin motor ini di paksa. Kecenderungannya laju motor sedikit tertahan di RPM tinggi agar motor lebih irit sampai bensin di isi kembali.
Sayangnya penilaian pribadi buat motor ini, sepertinya tidak cocok untuk saya. Karena hanya akan menyusahkan dan membuat capai saya saat harus melintasi kemacetan Jakarta terlebih lagi varian ini TVS Apache punya kekurangan yang seragam yaitu sulitnya untuk memposisikan netral saat mesin menyala. Tapi untuk desain dan ketangguhan mesin boleh lah di adu dengan pabrikan dari matahari terbit.
Mau tau alasannya kenapa? Nanti saya ceritakan di artikel selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H