Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pencuri yang Tak Sempat Mencuri

15 Januari 2019   15:54 Diperbarui: 15 Januari 2019   19:27 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cukup, Kadirun.  Sudah mendingan sekarang."

Lelaki itu menyudahi pijitannya.  Dan dia duduk di tepian tempat tidur.  Bau pesing masih lamat-lamat menembus hidungnya.

Pencuri itu mulai gelisah.  Ayam sudah mulai berkokok.  Subuh sejenak akan datang.  Dan seperti biasa dia harus bergegas pulang.  Tapi ia masih dibuat bingung oleh keputusannya malam ini.  

"Sepertinya kamu ingin pergi?"
Sontak lelaki itu menjawab: Ya, Mbah.

Perempuan tua ini menjanda sudah sepuluh tahun.  Dua anaknya sudah meninggal. Satu anak perempuannya ikut suami.  Dan perempuan ini enggan ikut bersama anaknya itu.  Ia lebih leluasa di rumahnya. Tak mau merepotkan keluarga anaknya.  Beberapa kali anaknya setengah memaksa untuk tinggal bersama.  Tetap saja ia menolaknya.

Ia berkata kepada lelaki itu.  "Kamu mau kan tiap hari ke sini? Sekedar menengok saja, saya sudah senang.  Kamu nanti akan tua seperti saya. Kelak akan tahu rasanya jadi orang tua begini."

Lelaki itu lagi-lagi hanya mengangguk.  Tak juga ada kata yang terlontar.  Di luar sana kokok ayam makin terdengar bersahutan. Embun beriringan jatuh ke dahan dan ranting pohon.  Sedang lelaki itu tak juga bisa beranjak dari rumah si perempuan tua.

Dalam diamnya, lelaki itu melihat tangan perempuan tua bergerak.  Mengambil sesuatu dari bawah bantalnya.  Sebuah kantung kain putih selebar saku yang ujungnya bertali kain berwarna sama.  Dalam genggaman tangan, ia menunjukkan pada lelaki itu.

Dengan ilmunya, lelaki itu sudah tahu isi kantung kain putih.  Hatinya mengembang. Ini yang saya incar, batinnya.

"Kadirun, ini ada perhiasan emas. Saya titipkan ke kamu saja.  Anak saya nggak butuh. Dia juga nggak tahu tentang barang ini."

Lelaki itu seperti salah dengar.  Tapi mulut perempuan itu bersuara,"Nanti ini kamu bawa, Kadirun." Lelaki itu menjawab singkat: Ya, nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun