Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Yang Muda yang Office Boy

1 Mei 2017   09:02 Diperbarui: 1 Mei 2017   15:39 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sendirian sepi.  Tidak enak.’’  Agaknya  ia membela diri. 

Mengapa OB itu menginap di kantor?  Ternyata ada aturan baru dari Bank ITU bahwa, sekali waktu antara Penjaga Malam, OB dan security bergantian berjaga tiap malam minggu.  Peno, menjelaskan hal itu pada suatu hari.

Karena beberapa kali melihat ada Suzuki Katana terparkir pada malam minggu hingga pagi harinya, aku bertanya pada Peno: mobil siapa itu?  Lelaki ini menjawab sinis: nDoro Obe!  Aku geli melihat kesinisan penjaga malam ini.  Sesungguhnya, aku pun heran, sekelas OB berangkat kerja membawa mobil.  Anak orang berpunya?  Tapi masak iya mau jadi OB.

Semenjak ada jadwal giliran jaga malam pada malam minggu,  beberapa kawannya datang   begadang di halaman parkir.  Aku sebel.  Suara candaan mereka  bisa menembus dinding rumahku.  Untuk memberi pelajaran, setelah mereka mengantuk dan masuk ruangan, pada tengah malam aku taruh paku di depan satu roda belakang.   Aku balas dendam!  Aku geregetan!

Suatu siang, seingatku hari selasa,  aku memasuki bank itu untuk sebuah transaksi.  Tanpa disangka, aku bertemu temanku yang pejabat kantor cabang Bank ITU.  Tak lebih dari lima menit kami berbincang sembari berdiri di ruang tempat nasabah menanti panggilan.

“Bapak kenal baik dengan Beliau?” Tanya OB Tolo kepadaku  setelah aku berbalik dari kasir dan bersamaan dengannya hendak melewai pintu utama.

“Dia teman.  Teman lama.  Teman sewaktu sekolah.”

Temanku yang pejabat Bank ITU adalah Agung.   Dan, semenjak pertemuanku dengan Agung, OB Tolo terlihat lebih hormat padaku.  Jika melihat aku melewati depan bank dan ia melihat, ia menyapa dan senyum.

Sekali waktu aku ngobrol di luar bersamanya, di dekat  minimarket,  pada suatu petang setelah jam kantor tutup.  Ia menawarkan rokok.  Dan aku senang akan hal ini.  Dan, selalu begitu aku perhatikan. Tiap ngobrol bareng, ia tak lupa menawarkan rokok beserta koreknya.  Aku baru merasakan sekarang, punya teman pejabat memang memberi pengaruh. Setidaknya menguntungkan walaupun tak seberapa.

Repotnya, setelah akrab, aku dikejutkan dengan undangan yang ada di meja ruang keluarga. 

“Itu undangan nikah dari …..” kata ibuku sambil menunjuk kantor bank.  Aku lihat sampul depan: Menikah:  Tolo dan Rossi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun