Suatu pagi aku menjumpai penjaga malam Bank ITU mengelap kursi tunggu teras bank. Bank belum buka, belum masuk jam kerja. Tapi, sebagai penjaga malam mestinya ia sudah bebas kerja, karena jam menunjuk angka 07.00, dan si OB mestinya sudah datang. Karena belum hadir, terpaksa ia mengepel dan membersihkan kaca dan lainnya. Peno si Penjaga Malam Bank ITU mendongkol:“Anak muda yang malas!” Terlihat kumisnya mekar seperti sulak yang biasa ia pegang.
“Bukan sekali ini saja dia begitu. Nggak disiplin. Seenaknya sendiri. Pernah nggak masuk kerja, nggak kasih tahu!”
Intinya, bagi Peno si penjaga malam, si anak muda ini tidak menarik. Ya, Tolo atau lengkapnya Kartolo sudah mendapat stempel: Tidak Menarik.
Pada kemudian waktu, ketika seluruh OB dan Penjaga Malam dari berbagai kantor anak cabang berkumpul di aula kantor cabang (tentunya di kota), Peno menanyakan tentang sistem pembagian kerja. Bagaimana jika OB tidak masuk kerja, dan penjaga malam yang menggantikan; apakah penjaga malam akan mendapat uang tambahan? Cerita Peno kepadaku dengan nada gemas. Di aula kantor cabang Bank ITU, lanjut Peno, orang bank yang memberi pengarahan menjawab: “Tidak ada uang tambahan. Mintalah pada OB yang bersangkutan untuk memotong gajinya. Harus ada pengertian.”
Karena merasa disinggung dihadapan orang banyak, pada kemudian hari si OB Tolo mulai rajin. Aku melihat setiap pagi, sebelum jam 07.00 ia sudah datang dengan motor Hondanya. Tak lama berselang, ia menyapu, mengepel dan membersihkan kaca. Juga membuang sampah ke tepian kali yang tak jauh. Sedangkan si pejaga malam duduk manis merokok di kursi tunggu teras, sambil sesekali satu kakinya di angkat, disilangkan di atas paha kaki sebelah. Ia memainkan smartphone-nya.
Suatu malam, selepas jam 10.00, aku mendengar lagu TipeX. Lagu ini, amat kusuka. Kaset dalam bentuk pita, masih tersimpan. Suara itu kencang hingga mengganggu seisi rumahku, yang tengah tidur, juga aku yang masih menonton teve. Aku keluar rumah. Kudapati sebuah mobil Suzuki Katana warna hitam terparkir. Kaca pintu mobil terbuka penuh, dan terdengarlah dari dalam: “Percayalah padaku meski di gelap malam kamu nggak sendirian / dan semua bintang yang kutinggalkan temanimu sampai akhir malam…”*)
Ketika mendekat, aku langsung menegurnya:”Tolo…! Ini waktunya orang istirahat. Waktunya tidur. Tahu?”
“Kenapa, Pak?”
“Lo, malah tanya! Tip mobilmu! Ngganggu!”
“Oh..”
Ia membuka pintu mobil. Volume tape dilirihkan. “Matikan saja sekalian!” suruhku. Ia pun manut.