“Beruntunglah, istriku mau mendengar alasanku,”ujarnya dalam hati. Lelaki itu berucap bahwa beberapa hari ini ada pertemuan mendadak membahas kontrak baru, maka ia batal pergi ke Raja Ampat. Bertanya istrinya: Apa tidak ada waktu lain, minggu depan begitu? Supenis menggeleng. “Ini proyek besar, Ma.” Maka, dengan ditemani satu anaknya yang sudah kuliah, mereka berangkat berdua ke destinasi wisata yang amat kesohor di wilayah Papua itu. “Seminggu di sana, Ma. Tidak usah mikir yang di rumah.”
Tapi di luar sana helder Guplo tampak gelisah. Berjalan memutar, sesekali menabrak besi pembatas. Kemudian menggonggong berkali-kali. Kamsir yang sudah meringkuk di kamarnya yang berada dalam bangunan luar rumah induk, tepatnya ujung kanan rumah, terjaga.
“Suara Guplo!” Ia melempar sarung. Membuka pintu dan memburu kandang binatang majikannya. “Bahaya!” Kamsir bersuara lirih. Kemudian ia melangkah ke arah halaman depan. Senter ia arahkan ke berbagai sudut. Pohon mangga yang rimbun tak luput dari bidikan. Tak ada yang mencurigakan. Kemudian ke pintu gerbang. Sepi. Nafasnya terputus-putus. Peluhnya sedikit menetes. Ia memang berlari. Sementara, si helder Guplo masih menggemakan suaranya: Guk…..Guk….Guk…..! dan seterusnya dan seterusnya.
Kamsir panik. Atau lebih tepat dibilang tak tahu harus bagaimana. Lantas, lewat HP ia menghubungi Pak Supenis. “Maaf Pak Sup. Saya mengganggu. Sepertinya lingkungan rumah tidak aman. Sepertinya ada penyusup!” Dengan agak malas, lelaki itu menjawab,”Saya sudah tahu siapa penyusup itu. Kamu tenang saja!” “Baik, Pak!”
Jawaban Pak Supenis membuat Kamsir bingung. Lelaki botak yang rambutnya hanya tersisa di bagian belakang itu mengernyitkan dahi. “Tahu ada penyusup, kenapa tidak ada tindakan. Ia tenang saja.”
Guplo dengan gonggongannya menambah kebingungan Kamsir. Kemudian ia melempar tulang ke dalam kandang. Tanpa di duga, ternyata masih ada satu yang tercecer di luar kandang dan Kamsir melihat tulang itu. Sejenak helder itu terdiam. Tapi benar-benar sebentar. Lantas bersuara lagi.
Merasa terusik dengan suara herldernya, Pak Supenis emosi,”Dasar asu buntung!”
Sebenarnya lelaki ini ingin berteriak: Goblok! Dasar kere! Tentu tertuju pada Kamsir. Tapi lelaki itu menahan diri untuk bersumpah serapah. Masak sih, orang kaya berucap begitu. Menurunkan kelas, pikirnya.
Tak berapa lama terdengar suara mobil. Nissan X Trail terbaru warna hitam keluar dari garasi, kemudian sang pengemudi menghubungi Kamsir,”Buka pintu depan, cepat !” Kamsir berlari memburu halaman rumah, kemudian dengan sigap membuka gembok, dan mendorong pintu besi dengan tenaga yang tersisa malam itu. “Mau kemana, Pak?”
“Jangan banyak tanya!”
“Kan cuma satu,Pak.”