Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Anjing Herder Berkuping Satu

25 April 2017   10:52 Diperbarui: 26 April 2017   03:00 1600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Helder Pak Supenis bernama Guplo.  Jika dipanggil Gup!  Anjing itu menyahut kencang: Guk….guk…guk…! Anehnya, entah kenapa bila dipanggil ‘Plo….!’, binatang itu tak juga menyahut. Ia hanya plonga-plongo, tengok kanan tengok kiri.

Selama setahun lebih Guplo menjadi bagian dari hidup keluarga Pak Supenis, binatang ini telah memenuhi harapannya.  Belum pernah sekali itu harta benda yang ada dalam rumah, bahkan di sekelilingnya  raib.  Setidaknya, ini menurut pikiran si empunya helder, anjing itu memiliki daya waskita, bisa mengendus apa yang akan terjadi.  Maka jika ada orang yang berniat jahat, ia gelisah di kandang.  Pak Supenis tahu tentang hal ini, dan ia memerintahkan kepada orang kepencayaannya untuk waspada.  “ Kau lihat  si Guplo, Kamsir.  Lihat itu... Jika begitu pertanda kurang baik di sekitar rumah kita nanti.  Kamu harus waspada!”  Kamsir adalah lelaki yang kesehariannya mengurusi kebersihan rumah dan taman.

Pada awalnya Kamsir tak percaya dengan pertanda itu.  Namun saat seorang pencuri terjatuh dari pagar tembok setelah dikejutkan oleh gertak anjing helder, dan tergeletak karena kakinya patah, ia baru sadar tentang keistimewaan Guplo.  Padahal sore itu majikannya sudah wanti-wanti,”Jangan tidur gasik.  Lihat, Guplo gelisah.  Barangkali akan ada pencuri datang.”  Kamsir mengangguk walau setangah tidak percaya.  Namun benar adanya, tengah malam seorang pencuri  berhasil memanjat pagar tembok setinggi hampei tiga meter. 

***

Hujan rintik malam itu.  Hawa dingin mengembang melapisi rumput halaman, genting dan dinding-dinding sekililing rumah Pak Supenis.  Lewat celah yang masih bisa ditembus, angin malam membawa hawa dingin itu hingga ke sudut dalam rumah.  Si helder Guplo pun tampak meringkuk .  Andai saja ada yang pengertian, ia ingin diantar selembar selimut.  Tapi mana ada yang tahu, si Kamsir semenjak lepas maghrib tak juga tampak batang hidungnya.  Apalagi malam begini.

Di kamar, Pak Supenis sedang santai.  Dengan volume televisi yang lirih, ia duduk di kursi menyaksikan siaran televisi, yang agaknya, tak satu pun yang membuatnya bisa bertahan untuk tidak mengganti saluran.  Hingga akhirnya, barang elektronik itu ia matikan.  Detak jam dinding sepontan menylentik telinga.  Semua yang bisa bersuara membisu, kecuali membisu, kecuali jam dinding itu.  Dan... lampu kamar meredup menjadi temaram setelah lelaki itu mengganti  menyalakan lampu tidur di atas nakas.

“Semoga saja Guplo bisa menjaga malam ini dengan tenang,” batin Pak Supenis.

Sore tadi, si majikan itu secara istimewa memberi helder Guplo beberapa kilo daging, yang pasti lebih dari tiga kilo.  Belum termasuk tulang-tulangnya.  “Ini kado istimewa untuk Guplo,” ucapnya pada Kamsir yang menemani.  Kamsir heran, jatah makan Guplo melebihi takaran, maka ia berucap,”Bukankah ini melebihi yang biasanya, Pak Sup?”

“Memang.  Ini Sengaja.  Biar malam ini menjadi yang menyenangkan baginya. Juga buat saya.”

Kamsir hanya bergeming.  Tak tahu benar dengan yang dimaksud majikannya.  Urusannya sekedar ikut membantu memberi makan Guplo.  Ia pun tak tahu bedanya anjing senang atau sedih.  Yang tahu, menurutnya anjing adalah binatang rakus!

Malam yang indah dan penuh kemerdekaan.  Malam yang membuatnya  melayang-layang mendekati langit kamar.  Dada yang mengembang dengan mata berbinar.  Begitu yang dirasakan Pak Supenis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun