Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Sekarung Senja untuk Is

29 Juni 2016   07:30 Diperbarui: 22 Agustus 2017   12:33 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kamu dianggap tidak memiliki masa depan,” lanjut Is menjelaskan.

“Kenapa?”

“Bapak bilang… apakah dengan senja kalian bisa bahagia?”

Aku menggaruki kepala tanpa sebab. “Lantas, siapa yang punya masa depan di mata Bapakmu?”

Is menarik nafas, kemudian melepasnya cepat. “Mereka yang pegawai negeri. Gajinya pasti tiap bulan. Ada gaji 13....14. Ada pula uang pensiun. Nah, yang begitu dianggap bermasa depan.”

Sumber Gambar: ayafadilah.wordpress.com
Sumber Gambar: ayafadilah.wordpress.com
Aku termenung. Tak juga membantah. Tapi aku lantas khawatir tentang hubunganku dengan Is. Lelaki tua itu tampaknya akan menjadi batu sandungan. Lantas, gigiku gemeretak. Kedua ibu jemariku menguat, menekuk, menggenggam. “Apakah seorang penjual kambing tidak bisa memberi kebahagiaan bagi anak gadisnya?” 

Semenjak itu aku bersumpah, "Saatnya nanti, akan kuantar senja itu ke rumah Is." Bagiku, senja adalah pembeda. Sebagaimana lelaki sepertiku!

Aku seperti mendapat energi baru. Sekarung senja, dengan warna jingga yang menyala menghangatkan darahku. Melebarkan pupil mata. Membungakan hati. Dan banyak hal lain yang tak perlu aku sampaikan di sini. Maka aku semangat mengayuh pedal sepeda. Menyusuri jalan beraspal yang tak layak lagi di sebut jalan aspal karena aspal yang ada hanyalah sisa-sisa yang masih mau bertahan merekat pada tanah berbatu itu.

“Hai, kamu bawa lampion ya?” seseorang bertanya saat berpapasan.

“Bukan. Ini senja!”

“Senja?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun