Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bulan Sensitif

21 April 2016   07:27 Diperbarui: 30 April 2016   18:45 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Segera, saya mematikan lampu ruang tamu setelah mengunci pintu terlebih dulu.  Saya berpindah duduk di ruang keluarga, pada sebuah sofa yang kainnya mulai kusam.

“Anak muda, anak muda.  Cara berpikirmu itu lo?  Mengagumi Ibu Kartini kok begitu.  Yang diributkan malah urusan nama,” sambil mengelus-elus kumis, saya membatin.

“Mau nama Iyem, Wiwi, Santi…. kan sama saja.”

Saya menyalakan televisi, mencoba menyimak berita terbaru malam itu.  Kemudian, HP saya berbunyi.  Agaknya, Istri saya yang menelepon.

“Pak, barusan ada yang SMS, katanya Pak RT marah-marah.   Ada dua tamu yang diusir keluar rumah.  Memangnya begitu, Pak?”

Saya kaget.  Begitu cepatnya sekarang ini.  Baru tadi kejadiannya.  Beritanya sudah sampai keluar kota.  Aduh! 

“Betul, Bu.  Tapi kan….”

“Sudah, Ibu tak perlu penjelasan.  Baru ditinggal istri beberapa hari saja, Bapak sudah begitu.  Sekarang sudah tahu kan … repotnya laki-laki kalau istri  lama tidak di rumah?”

Saya belum mengerti arah perkataan istri saya dari balik telepon. 

“Istri itu pelindung suami.  Peneduh suami.  Memberi rasa tenang.  Rasa nyaman.  Rasa senang.  Semua rasa yang enak!”

Apa maksudnya.  Kenapa malah berceramah.  Saya belum ngeh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun