Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Layar Tancap

8 April 2016   10:40 Diperbarui: 9 April 2016   16:29 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ingat itu, aku jadi tertawa sendiri. Bukankah mereka sedang jualan rokok, dan kami diberi hiburan gratis. Tapi kami malah seperti kurang mengerti kedatangan mereka di kampung kami.

Kemudian kami terdiam setelah proyektor menyorotkan sinar, dilanjutkan dengan mematikan beberapa lampu penerang. “O, akhirnya…,” ujar temanku sembali meluruskan kedua kakinya ke depan, selonjor.

***

Sudah dua puluh lima menit, cerita Derita Anak Tiri mendiamkan penonton. Agaknya mereka larut dalam kisah sedih ini. Sepertinya menjadi sangat terharu, ketika melihat pengusiran pemilik rumah dan kemudian terjadi pembakaran oleh sekelompok orang.

Aku sudah berusaha mengingat secara runtut adegan itu kembali. Tapi buntu. Yang aku tahu, ada rumah terbakar dan apinya besar menyala menjilati langit Jakarta pada malam hari. Itu  saja.

Penonton tercengang. Semua membisu kala itu.

Kemudian, kami makin tercengang! Pada saat bersamaan, agaknya semua penonton melihat percikan api dan asap yang membumbung ke angkasa. Kami kebingungan dengan situasi ini.

“Kebakaran…. Kebakaran… kebakaran…!”

Sontak penonton berteriak histeris. Dua kejadian kebakaran secara bersamaan. Satu berada dalam gambar yang tertangkap oleh layar tancap dan sebuah lagi adalah kenyataan yang ada di kejauhan. Ya, ada rumah warga kampung yang terbakar, sepertinya!

Mendadak riuh. Semua berhamburan tak jelas arah. Sedangkan lampu-lampu neon di lapangan mendadak dimatikan. Gelap, sangat gelap. Sesaat mataku tak bisa melihat apa pun. Tapi kemudian pikiranku bisa menyala. "Kebakaran itu ada di arah selatan." Aku berusaha mengingat posisi layar tancap yang hampir berdampingan dengan tiang gawang itu. Aku hafal, itu tiang gawang selatan.  

Dan, aku berlari sendiri meninggalkan lapangan. Aku beruntung tak beralas kaki, setidaknya itu memudahkan menelusuri jalan setapak yang tak rata. Ini adalah jalan lain keluar dari arena tontonan. Arahnya ke selatan, kemudian melingkar menuju jalan raya. Aku bersegera menuju lokasi kebakaran. Sekalian aku nanti pulang ke rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun