Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Perihal Temanku saat Menganggur

10 Maret 2016   18:07 Diperbarui: 12 Maret 2016   11:06 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan itu ingin, suaminya melihat kenyataan. “Pengangguran kok malah rajin menyulut kretek,” gerundel istrinya.

Tapi temanku berujar, ”Ini merupakan bukti, berhenti merokok itu tidak gampang. Butuh proses. Butuh waktu. Butuh kesabaran, apalagi bagi seorang istri.”

Istrinya cuma mendengarkan. Lantas temanku melanjutkan,  “Kamu harus bersabar seperti pemerintah. Tahu kan? Sampai sekarang tidak pernah mau menutup pabrik rokok. Kenapa? Itu karena pemerintah tahu, menghentikan kebiasaan merokok bangsa ini sebuah pekerjaan berat.”

8.

Tidak ada uang yang cukup, bukan berarti ia tidak berusaha menyenangkan kedua anaknya. Baginya, protein hewani penting untuk asupan mereka. Jika harus beli daging sapi yang harganya sudah meroket, ia angkat tangan. “Tenang saja anakku, nanti malam kita harus makan istimewa,” katanya kepada anak-anaknya. Itu pun didengar oleh istrinya. Menjelang petang ia melipir ke pinggir kali, yang tak jauh dari rumahnya. Ia bawa joran bambu berbenang senur kecil, demikian juga kailnya. Selama hampir satu jam, satu demi satu ikan uceng (Nemacheilus fasciatus) terkumpul pada sebuah kantong.

Ada seperempat kilo, pikirnya. Maka ia menyudahi dan pulang.

Istrinya, tanpa diperintah sudah menyiapkan bumbu, lantas menggorengnya. Malam itu mereka makan bersama satu meja.

“Bapak senang, kalian bisa makan ikan hari ini.” Semua mengangguk.

“Mestinya tiap hari, Pak?” ujar satu anaknya yang perempuan.

“Tiap hari?” sahut Bapaknya. “Jangan, itu kurang bagus. Ikan uceng itu mahal. Sekarang sulit mencarinya. Hari ini bapakmu lagi beruntung saja.”

Ketiga orang yang di dekatnya menatap sambil meneruskan makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun