Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kucing Pak JK

4 Maret 2016   14:32 Diperbarui: 4 Maret 2016   14:39 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seketika, ruangan pertemuan menjadi senyap. Sorot mata terarah pada lelaki itu.

“Saya benar-benar terganggu dengan SMS yang sering masuk ke HP saya. Malam-malam, Pak RT. Waktunya kami sedang tidur. Isinya aneh-aneh. Saya yakin, pengirim SMS itu orang sini-sini juga.”

Orang-orang saling berpandangan. Seperti tengah menunjuk: “Jangan-jangan sampean, ya?”

Memang, belakangan ini tidur Pak JK tak senyenyak dulu. Entah kelakuan siapa, bertubi-tubi ia menerima SMS di saat tidur. Ia pikir berita penting, jadi terbangun dan lantas membacanya. Tetapi isinya gurauan semata. Istrinya sering uring-uringan. “Jangan dilayani, Pak. Wong edan!”

“Siapa tahu penting, Bu!” jawab Pak JK. Tapi ia pun kecewa. SMS yang datang ternyata dari nomor yang tak diketahui pemiliknya. “SMS sampah!” ujarnya.

Tak tahu siapa yang membuat cerita, akhirnya berkembang dari satu orang ke orang lain. Kata cerita itu, saat kucing kawin, hal itu menunjukkan aktivitas yang sama pada pemiliknya. Kontan, mendengar itu, mereka yang sudah getun, jengkel dengan kucing Pak JK, melampiaskan dendamnya.

Dengan nomor-nomor baru, satu per satu merangkai kata dan melayangannya ke HP Pak JK.

Setiap mendengar ada erangan kucing kawin, mereka langsung bersiap-siap! Seperti tengah mendapat peringatan dini tsunami. Ambil HP, lantas membuat pesan singkat. Dan SMS pun terkirim. Yes! Mereka girang.

“Santai saja Pak JK, nggak usah buru2.”
“Lebih cepat lebih baik.”
“Kalau kedalaman bahaya lo.”
“Awas, kucingnya ngintip.”
“Pemanasan dulu dong!”

SMS seperti itu sungguh menyebalkan Pak JK. Sampai akhirnya ia mematikan saja telepon selularnya saat ia beranjak ke tempat tidur. Ia sayang kalau mengganti dengan nomor baru. Untuk punya dua HP, ia merasa tidak perlu. Pemborosan.

"Nah, Pak RT. Betapa saya dan istri sudah mengalami malam-malam yang penuh teror akibat ulah mereka. Saya sulit melawan perbuatan yang tidak menyenangkan itu. Jujur, saya enggan melaporkan ke polisi. Nanti urusannya panjang. Walaupun ini termasuk delik aduan. Saya berhak untuk itu kan. Ini kan negara hukum kan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun