Maka sampai akhirnya saya merasakan bahwa menulis cerpen tidak bisa dibuat main-main. Harus serius. Bukan sekedar hiburan pribadi. Tetapi sebuah proses kreatif yang diperoleh dari tiga unsur yaitu nilai, imajinasi dan pengalaman. Dan ini tahapan yang mengasikkan. Sebuah proses yang harus dilalui dengan sebuah bangun cerita yang dimulai dari setelah “akhir dalam pikiran.” Sebagaimana Steven R. Covey menulis dalam buku Tujuh Kebiasaan Manusia Yang Paling Efektif.
Maka setahap demi setahap menulis cerpen menjadi sebuah kebutuhan. Sebuah kenikmatan. Di sinilah, saya terangsang untuk terus menemukan ide dan bersegera menulisnya dalam bentuk draft. Kemudian mengendapkannya agar menemukan pengembangan cerita. Membuat alur yang menarik. Menentukan paragraf pertama secerdik mungkin,karena ini krusial agar pembaca mau bertahan. Menjaga suspensi cerita agar tidak datar. Dan yang paling menguras “energi” adalah membuat akhir yang mengejutkan: Sebuah Twist. Ini adalah sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap pengarang.
Maka sebenarnya, Kompasiana telah memberi ruang bagi saya untuk leluasa mengembangkan keminatan saya pada dunia sastra, khususnya membuat cerpen.
Semoga makin banyak yang ingin memberanikan menulis cerita, mumpung Kompasiana memberi atmosfir. Kalau bukan di sini, ke mana lagi!
Wassalam. Merdeka.
sumber" pixabay.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H