Saya menyeberang ke Humor. Menulis humor terasa mudah daripada cerpen. Cukup beberapa menit bisa langsung posting. Banyak yang vote dan komentar. Oh, indahnya persahabatn dengan orang-orang koplak! Saya berterimakasih kepada Jati Kumoro, Felix Tani, Mas Nur Setiono dll. Mereka yang telah membuat hidup terasa hidup.
Kembali ke Fiksiana.
Tidak ada pendidikan formal yang memungkinkan saya bisa menulis cerpen. Hanya lantaran sering membaca cerpen di Kompas Minggu, maka saya memiliki minat yang tinggi untuk bisa menulis. Seperti mereka yang di muat di Harian itu.
Pikiran saya, membaca saja sudah menyenangkan, apalagi sampai bisa mengarang cerita dan terpajang di halaman Koran.
Suatu ketika saya bertemu dengan Gola Gong, seorang penulis novel, pada acara workshop kepenulisan cerita di Purwokerto. Satu hari saya mengikuti pemaparannya. Santai. Tapi mengesankan. Dan saya baru tahu, betapa "gobloknya" saya. Menulis cerita itu ada rentetannya. Bukan dengan melamun. Hiks!
Ada risetnya. Hah, riset?
Iya, menulis cerita itu pakai riset. Biar ketemu 5 W 1 H. Cerita harus mengandung unsur itu, sebagaimana para jurnalis menyampaikan warta.
Saya beruntung, karena sewaktu kuliah pernah mendapat pelatihan jurnalistik dari berbagai wartawan: Kompas, Suara Pembaharuan dan Suara Merdeka. Dan, sempat pula mengelola tabloid kampus. Berbekal pengetahuan itulah, maka memudahkan saya menulis cerita pendek.
Mulailah saya memposting hasil karangan saya. Dua kali mendapat Hlt dari Admin. Itu nikmatnya bukan main. Walaupun saya sendiri belum tahu, bagus atau tidak ceritanya. Tapi kan oye! Wong sudah ada yang vote dan komentar. Rasanya memang udik, tapi ini menggelitik. Postingan menjadi tidak seperti kuburan.
Akhirnya, Ketika cerpen saya berjudul Gadis Minimarket mendapatkan HL, saya berteriak: Eureka! Keluar kamar sambil telanjang dada. (Di sini: http://fiksiana.kompasiana.com/s_pras/gadis-minimarket_55c21b25f47e613014b59387)
Inilah titik pangkal yang menjadikan saya fokus untuk mengasah kemampuan menulis cerpen. Mengumpulkan literatur kepenulisan cerita. Membaca berbagai karya dari pengarang favorit seperti Putu Wijaya, Arswendo Atmowiloto, Ahmad Tohari, Seno Gumira Adjidarma, Agus Noor dan lainnya.