Mohon tunggu...
S. R. Wijaya
S. R. Wijaya Mohon Tunggu... Editor - Halah

poetically challenged

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ode Penghabisan untuk Satu dan Seluruh Hari Hujan

28 Mei 2011   12:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:07 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"You're not worth it," gumamnya lewat rembang petang. Dia merobek secarik catatan musim dari kitab yang terlupa dan melarungnya ke tubuh sungai. Kertas itu mencibir untuk terakhir kali karena angin. Lalu meliuk dan timbul-tenggelam, sebelum sirna.

"Dustamu berikut pembenar pengiringnya tak akan pernah bisa menghina keluhuran eksistensi ras manusia: makhluk-makhluk yang boleh berhormat pada diri masing-masing hanya jika mereka takzim terhadap sumpahnya sendiri. Tanpanya, kau bukan lagi siapa-siapa."

.

Maka kukuburkan engkau ke dalam arus tanpa tanda.

Kini tinggal kami berdua: Aku dan Sungai Bulan. Sampai jumpa di samudera, muara seluruh kematian.

.
Brastagi, MMXI

.

***

.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun