Mohon tunggu...
S. R. Wijaya
S. R. Wijaya Mohon Tunggu... Editor - Halah

poetically challenged

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Holocaust Ayam

27 September 2010   13:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:55 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

”Nah, kini kau masuklah, Pir. Silakan kau dan kawanmu kembali mengemudi,” kata sang pengancam, sembari memberikan isyarat kecil kepada penunggang motor yang langsung membawa motornya ke dekat pintu kabin.

*

Dari atas sadel motor sang pengancam bersabda kepada kedua korbannya, ”Aku tak akan membunuh kalian kali ini. Dengan syarat: Sampaikan pesanku kepada bos kalian, si Torry Suhamto, pemilik peternakan...”

*

”...katakan kepada bedebah itu, untuk tiap unggas yang dijualnya untuk dibunuh di kota, harus ada seekor yang dia bebaskan. Bilang pada orang itu, aku tak akan membiarkannya menyiksa ayam seperti dia dulu pernah menyiksa pekebun cengkeh.”

*

”Kini baiknya kukatakan sejujurnya, ini cuma pistol mainan, kok...."

*

Sebelum melesat dengan motornya ke arah berlawanan, sang pembajak itu membuka kaca helmnya dan menyulut sebatang sigaret. Mengisapnya dalam-dalam, berujar, "Terutama katakan pada bos kalian, aku seorang vegetarian.”

*

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun