SR: Saya dituduh haus kekuasaan. Pengen jadi Raja seumur hidup. Karena undang-undang melarang itu, saya sekarang dianggap merekayasa supaya anak dan menantu saya bisa menggantikan saya.
CI: Menurut bapak, tuduhan itu benar atau tidak?
SR: Iya nggaklah. Saya tidak merekayasa. Wong anak saya sendiri kok yang pengen. Katanya mau mengikuti jejak bapaknya. Masak orang mau mengikuti jejak bapaknya dilarang!
CI: Oh begitu. Saya baca di media katanya bapak sekarang agak ketakutan karena sebentar lagi akan turun tahta. Benar begitu pak?
SR: Iya sih mungkin ada perasaan sedikit khawatir. Manusiawi toh. Namanya juga orang mau pensiun.
CI: Kalau bapak tanya hati kecil, sebenarnya keinginan bapak apa?
SR: Saya pengen hidup tenang di masa pensiun saya.
CI: Caranya gimana menurut bapak?
SR: Saya mau memastikan tidak ada yang mengganggu kehidupan saya dan keluarga saya.
Tanpa terasa, dialog dari hati ke hati antara si Coach Imajiner dan Sang Raja yang berlangsung santai, sambil ngopi, nyusu, dan ngemil, sudah memakan waktu lebih dari 2 jam. Si Coach sudah diberi kode oleh sejumlah Menteri untuk segera mengakhiri sesi coaching. Si CI tahu diri dan mohon pamit meskipun sang Raja sebenarnya masih ingin mengobrol lebih lama. Si Coach faham, Sang Raja tentu masih banyak urusan. Sebelum pamit, sang Raja membisiki si Coach, "Nanti kita lanjutkan obrolan tadi ya. Belum tuntas ini." Si Coach balik berbisik, "Siap pak, terima kasih."
Kranggan, 26 Agustus 2024 Â Â Â Â