Mohon tunggu...
S Widjaja
S Widjaja Mohon Tunggu... lainnya -

Sharing ideas through writing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Fiksi Kuliner] Mentraktir Arwah

9 Juni 2016   19:43 Diperbarui: 9 Juni 2016   19:50 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Boleh?” tanyanya dingin.

Aku mengangguk. Dia mengambil ponsel yang kusodorkan.

Dia lalu menghadap ke kiri, membelakangiku dan mengarahkan ponsel itu ke dirinya. Dua kali dia mengambil gambar kami berdua. Ya, aku tahu – dalam posisi seperti itu, aku pun akan terlihat dalam foto yang diambilnya.

“Terima kasih,” katanya dengan parau. “Kini aku bisa tenang …”

Apa maksudnya ‘kini aku bisa tenang?’ Ah, sudahlah tak perlu kupikirkan.

Dia lalu berdiri dan beranjak pergi dari tempat itu. Jalannya terseok-seok seperti diseret.

“Mas … sotonya belum bayar,” tiba-tiba kudengar suara Pak Mansur memanggil orang itu.

Orang itu menoleh pun tidak, ia terus berjalan menuju … gedung rumah sakit tempat kami melakukan otopsi.

“Pak, Pak Mansur,” panggilku. “Biar saya saja yang bayar, Pak.”

Pak Mansur menoleh ke arahku. Dia terlihat bingung. Aku tahu. Orang itu bukan temanku, bukan kenalanku, dan bukan siapa-siapaku. Dan Pak Mansur sepertinya tahu hal itu.

Setelah orang itu tidak terlihat lagi, aku segera membayar makanan dan minuman kami berdua – aku dan si ‘orang’ itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun