Mohon tunggu...
S Widjaja
S Widjaja Mohon Tunggu... lainnya -

Sharing ideas through writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Musashi: The Journey of A Warrior & The Book of Five Rings (17)

10 Mei 2016   22:40 Diperbarui: 2 Juni 2016   20:36 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Walaupun tujuan keberadaannya di tempat ini adalah untuk mencoba berbagai jenis senjata yang ada, Bennosuke masih menganggap apa yang dilakukannya belum bisa dikatakan sebagai suatu aktivitas yang serius seperti berlatih menggunakan senjata-senjata itu. Ia malu mengakuinya karena kemampuannya menggunakan senjata-senjata ini masih jauh dari memadai. Ia yakin Munisai beranggapan ia sedang bermain-main dengan senjata-senjata yang ada di sana.

Bennosuke membalikkan badan menghadap Munisai yang berdiri di hadapannya. Jarak di antara mereka berdua cukup jauh sekitar tiga puluh langkah.

“Ya, Ayah,” jawabnya. Ia menengadahkan wajahnya memandang ayahnya lalu bergerak menghampiri Munisai.

Munisai mengangkat tangannya sebagai tanda agar Bennosuke diam di tempat – tidak perlu mendekat ke arahnya.

Munisai menatap tajam anak itu dan melihat kondisinya. Ia telah cukup lama mengamati Bennosuke sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mendatanginya.

Saat ini Munisai seperti sedang menunggu sesuatu. Ia memerhatikan Bennosuke yang saat itu sedang memegang sebatang toya. Matanya memandang lurus ke arah Bennosuke seolah-olah sedang menduga-duga bagaimana reaksi anak itu jika ia mendadak diserang oleh seseorang saat ini.

“Awas, Bennosuke!” teriak Munisai tiba-tiba sambil mengangkat tangannya ke arah bocah itu. Munisai melontarkan sesuatu ke arah Bennosuke.

Bennosuke terkejut mendengar teriakan Munisai namun ia mampu merespons dengan cepat. Matanya menangkap sesuatu yang berkilat menerjang ke arahnya dengan cepat – hanya sesaat sebelum benda itu mengenai tubuhnya – atau perkiraan terburuk, kepalanya.

“PRAK!”

Secara refleks Bennosuke menggunakan toya yang dipegangnya itu untuk memukul benda itu. Tampak sesuatu terpental terkena hantaman toyanya. Walaupun Bennosuke tidak bisa melihat dengan pasti benda yang dilontarkan ayahnya, ia tahu benda itu terbuat dari logam dan bentuknya pipih. Ia bisa merasakan berat benda itu saat bersentuhan dengan toyanya.

“Sekali lagi!” teriak Munisai tiba-tiba. Dan tanpa memberikan kesempatan bagi Bennosuke untuk bersiaga, satu benda yang sama seperti sebelumnya kembali melayang dengan cepat menuju ke arah bocah itu. Kali ini Bennosuke tidak menggunakan toya itu untuk menangkis – karena ia memang belum mahir menggunakannya sedangkan arah serangan Munisai itu begitu dekat dengan kepalanya sementara toya itu berada dalam posisi yang tidak memungkinkan untuk digerakkan ke arah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun