Mohon tunggu...
S Widjaja
S Widjaja Mohon Tunggu... lainnya -

Sharing ideas through writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Musashi: The Journey of A Warrior & The Book of Five Rings (16)

3 Mei 2016   23:05 Diperbarui: 2 Juni 2016   20:38 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kamu tahu, membicarakan hal-hal jelek tentang orang yang tidak hadir itu sangat tidak patut,” Munisai meneruskan perkataannya yang menyakiti perasaan bocah itu.

Ada apa dengan Ayah ini? Aku tidak seperti itu. Bennosuke merasa tersinggung. Aku bukan seorang pengecut. Apa salahnya membahas kemampuan seseorang – kekuatan dan kelemahannya? Bukankah itu termasuk dalam strategi untuk memenangkan pertempuran?

Bennosuke teringat akan salah satu strategi Sonshi.

Jika kita memahami kemampuan diri kita sendiri dan mengetahui kemampuan lawan, maka kita akan mampu memenangkan perang tanpa …

“Jika kamu tidak mau mengakui apa yang telah kamu lakukan itu, mungkin kamu memang tidak pantas memegang pedang. Seorang pengecut, walaupun memegang pedang, tidak akan bisa menggunakan senjata itu dengan benar – bahkan bukan tidak mungkin senjatanya itu malah akan menyebabkannya terbunuh. Senjata makan tuan.”

Bennosuke terdiam. Aku memang melakukannya, tetapi itu kan bukan sesuatu yang salah … aku membahas teknik berpedang mereka, bukannya bergosip atau hal-hal lain semacamnya. Dan aku bukan seorang pengecut!

“Mungkin kamu memang tidak layak berada di sini,” kata Munisai.

Bennosuke terkejut bukan kepalang. Ia seolah-olah mendengar suara halilintar menggelegar saat itu.

Ayah mengusirku?

Berpikir demikian, Bennosuke segera mengenyahkan perasaan marah dan kecewa yang saat itu muncul dan melanda dirinya. Ia telah berlatih meditasi cukup lama sehingga bukan hal yang sulit untuk mengkonsentrasikan pikirannya pada apa yang ingin ia pikirkan dan menyingkirkan apa yang tidak ingin ia pikirkan – sebelum pikiran buruk itu menguasai dirinya.

Munisai terus memerhatikan putranya itu. Ia menunggu. Namun ia tidak merasakan adanya upaya atau keinginan untuk melawan dari Bennosuke. Ia adalah seorang master pedang dengan tingkat kepekaan yang tinggi. Ia tidak bisa dibokong atau ditikam dari belakang. Jangankan lawan yang berada di belakangnya menghunus senjata untuk membunuhnya, bahkan andaikan lawan tersebut hanya berpikiran untuk menyerangnya – tanpa menggenggam senjata apa pun, Munisai sudah bisa merasakannya. Ia mampu menghindari serangan gelap dari para pembunuh rahasia seperti ninja yang kerap bersembunyi untuk kemudian diam-diam melontarkan shuriken atau menembakkan senapan ke arahnya. Tak ada aura membunuh dari seorang pun yang bisa disembunyikan dari dirinya. Tetapi ia tidak menemukan perasaan apa pun pada diri Bennosuke.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun