Hingga waktu istirahat usai, Tata berpamitan dengan Dina dan memberanikan diri menemui manager perusahaan. Dalam hatinya, ia juga takut menghadapi orang besar. Gejolak jantungnya membuatnya gugup, namun kali ini ia memberanikan diri.
“Permisi pak,” kata Tata sambil masuk.
“Iya, silahkan duduk. Ada apa?”. Kata sang manager.
“Begini pak, saya mau keluar kerja. Saya mau pamit.” Kata Tata sambil menggingit bibir menutupi kegugupannya.
“Kenapa, kan anda baru saja masuk?” tanya manager lagi.
“Saya diterima kuliah di luar kota pak. Saya mau fokus kuliah.” Kata Tata beralasan.
Melihat hal demikian, sang manger tak bisa menolak dan memanggil assistennya serta menyuruhnya untuk memberi pesangon. Tak lama kemudian sang meneger menyuruh Tata untuk menemui assisten dan memberinya surat pernyataan. Tata pun berpamitan dengan manager dengan sedikit gugup dan meninggalkan ruangan dan menemui assisten manajer untuk mengambil gajinya selama sehari.
***
Seminggu setelah keluarnya Tata bekerja, ia pun memutuskan untuk melihat situs internet untuk mengecek penerimaan mahasiswa. Dibukanya dengan mengetikan nama, asal sekolah dan nomor pendaftaran akhirnya muncul dalam layar. Dilihatnya daftar nama yang tertera, berharap cemas dan gelisah. Satu persatu ia lihat dan sampailah mata tertuju, nama TATA MAHARANI diterima di perguruan tinggi jurusan Sastra Inggris.
Rasa bahagia menyelimuti hati Tata. Mendengar hal tersebut, Tata sempat berpikir bahwa alasan keluar kerja dari perusahaan seminggu yang lalu ternyata terbukti padahal itu hanya omong kosong, tapi kenyataannya ia diterima di PTN ternama. Kendati demikian, ia memberitahu ibunya bahwa ia diterima.
Ibunya menyambut kebahagiaan Tata, dan akhirnya Tata bercakap-cakap dengan ibu di ruang keluarga. Dalam percakapan, Tata menceritakan semuanya kejadian yang ia dapat selama kerja sampai keluar kerja. Ibunya prihatin dan kasihan dengan Tata.