Dilihatnya sekelilingnya banyak gulungan hingga tumpukkan kain terjajar dalam rak. Perusahaan, tempat Tata bekerja ini bergerak dalam bidang konveksi. Di sekeliling ruangan ini banyak orang mengayuh mesin jahitnya untuk menghasilkan sebuah baju. Saat berjalan mengikuti karyawan assisten personalia, banyak yang mengamati Tata.
“Betah gak tuh dia kerja disini?” Gumam seorang karyawan sambil mengecek baju setengah jadi dan melirik Tata.
“Hah palingan hanya sebentar di sini. Masih bau kencur, mana mungkin dia betah kerja di sini. Haha.” Tambah karyawan lain melirik Tata dengan tatapan meremehkan.
Mendengar demikian, hati Tata rasanya ingin pulang. Hingga sampai pada bagian pemotongan kain, Tata diserahkan pada kepala bagian Qualited Cutting (QC).
Tata mengamati sekelilingnya dengan cermat, melihat bagaimana proses pengguntingan. Dalam pekerjaannya yang akan dilakoninya tidak diperkenankan untuk duduk. Saat mengamati, banyak orang yang membicarakan kedatangan Tata. Dalam benaknya ia ketakutan dan rasanya ingin cepat pulang. tak lama kemudian rekan kerja Tata datang, namanya mbak Eka. Mereka berkenalan, dan mbak Eka memperkenalkan Tata pada teman seprofesinya. Mbak Eka sudah 3 tahun bekerja di perusahaan konveksi ini. Tata pun dengan senang hati menyambut perkenalan dengan teman seprofesinya.
“Hai guys, ada karyawan baru. Namanya Tata, dia bergabung dengan kita. Jangan disakiti ya.” Begitu Mbak Eka memperkenalkan Tata.
Kawan-kawan lainpun juga berkenalan dengan Tata dan melanjutkan kembali pekerjaannya.
“Jadi begini caranya, kamu nanti menghitung ya, berapa jumlah kain yang dibutuhkan, nanti kamu tulis dalam laporan ini. Kalau gak bisa tanya mas Edo itu. Saya tinggal dulu ya?” Mbak Eka mengajari Tata sambil mengukur jumlah layer kain dan menunjuk mas Edo diseberang meja.
“Iya mbak. Terima kasih.” Kata Tata gelisah.
Hampir pukul 12.00, Tata masih belum bisa menyelesaikan 1 laporan pemotongan kain. Dibolak-baliknya catatan bekas nota kain yang sudah terpisah dari kain yang sudah diurai. Hatinya bingung, cemas dan diiringi rasa takut. Rasanya ingin pulang dan menangis sekencang-kencangnya. Sekeliling Tata, mereka hanya diam dan tertawa menyaksikan Tata yang kewalahan menyelesaikan laporan.
Melihat hal demikian mbak Eka datang dan membantu Tata menyelesaikan laporan pelan-pelan. Setelah waktu istirahat pun tiba. Para karyawan berhamburan keluar untuk sekedar makan siang dan sholat dzuhur. Kendati demikian, Tata melihat Dina, teman barunya saat diwawancara bersama tadi pagi. Ia mengajaknya untuk makan siang. Tata menerima ajakan Dina dan menceritakan kejadian yang dialaminya selama kerja. Dan mereka makan siang di kantin.