Tiba-tiba, butiran air menetes deras dari kelopak mata yang indah itu. Lyra pun tertunduk lesu, menangis sejadi-jadinya. Ingat dosa yang ia perbuat demi mengumpulkan pundi-pundi uang dari pekerjaan haramnya ini.
"Pulang Lyra, kamu layak mendapatkan Idul Fitri," kata Om Wirno sambil meninggalkan Lyra dan setumpuk uang tip buatnya.
Malam itu, malam yang begitu memukul buat Lyra. Malam ke-29 di bulan Ramadan yang ia lewati, dengan menjual tubuh indahnya kepada para lelaki hidung belang.
"Ya Tuhanku, apakah aku masih diperbolehkan menikmati Idul Fitri. Apakah hamba mu yang hina dan pendosa ini masih dizinkan menanti Idul Fitri," kata Lyra sambil bersimpuh.
Lyra yang saat itu menangis, tiba-tiba berdiri. Ia menyeka air matanya. Tak lama kemudian, tatapannya pun teralihkan ke sebuah kran yang sedari tadi gemericik mengeluarkan air.
Ia mendekatinya. Lyra mensucikan dirinya untuk kali pertama, sejak 16 tahun lamanya. Malam itu, Lyra memohon ampun kepada Tuhan yang selama ini ia lupakan.
"Tuhan, berilah pengampunan kepada hamba mu yang hina ini. Berilah kesempatan untuk hamba menikmati Idul Fitri bersama keluarga," ucap Lyra dalam sujudnya.
Malam itu, merupakan malam terakhir bagi Lyra si pelacur Wisma Gang Cindot. Malam yang tak pernah disangka sebelumnya bagi Lyra yang sejak umur 18 tahun menjadi pelacur karena himpitan ekonomi.
Kini Lyra tak harus kembali menjadi pelacur untuk mencari pundi-pundi uang. Karena dalam sujudnya, Lyra kembali kepada Tuhan-Nya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI