Kepulan asap rokok, begitu pekat memenuhi ruangan. Sayup-sayup terdengar suara musik disco diiringi tawa para pelanggan yang tengah duduk menikmati segelas bir.
Sedangkan tak jauh dari sekumpulan para lelaki itu, ada sebuah pemandangan yang umum terlihat di kawasan Gang Cindot. Para perempuan cantik yang duduk sambil menyilangkan kaki, tampak mempesona di dalam sebuah ruangan berkaca.
Ibarat ikan dalam sebuah akuarium, para perempuan tersebut tinggal dipilih untuk dicicipi para lelaki yang telah memesannya. Lyra salah satu pelacur yang ada di kawasan Wisma Gang Cindot ini, sejak pukul tujuh malam sudah mentereng di dalam akuarium.
Sesekali perempuan berambut panjang ini tertawa melihat handphone miliknya yang sejak tadi ia mainkan. Ia pun dengan asyik menekan tuts pada layar handphone yang terus menghubunginya.
Pesan-pesan tersebut terus bermuncul pada layar handphone, tak lebih dari sekedar gombalan para pelanggan. Namun ada pula yang serius mengajaknya untuk berkencan.
Namun bagi Lyra, pelacur dilarang jatuh cinta dengan pelanggan. Karena pelanggan hanyalah pelanggan yang ingin menikmati nafsu sesaat.
"Lyr, kamu masih kosong," kata Mami Eve.
Sambil beranjak dari tempat duduknya, Lyra menghampiri Mami Eve yang tidak lain adalah mucikari di Wisma Cahaya Kembang di Gang Cindot.
"Kosong mi sampai jam 10 nanti," jawab Lyra sambil menghisap rokok yang ia bawa.
"Oke, kebetulan ada Om Wirno pengen pakai kamu! Temuin agih," suruh mami sambil mendorong tubuh Lyra ke depan.
"Ini Om Wirno yang cuma kuat satu ronde itu," celetuk Lyra.