Ini sama dengan kasus di Bangladesh pada tahun 1992. Ketika itu di Bangladesh masih umum memperkerjakan anak di bawah umur di pabrik-pabrik tekstil yang hasilnya di ekspor ke Amerika. Bayaran mereka 52 sen dollar per hari untuk menghasilkan 100 pcs celana/kaus per hari. Namanya juga negara miskin, semua anggota keluarga diprioritaskan untuk bekerja, yang penting perut terisi.
Berita pekerja di bawah umur sampailah ke telinga SJW Amerika. Para SJW terenyuh dan kemudian memengaruhi senator Demokrat Amerika, Tom Harkin untuk membuat Child Labor Deterrence Act 0f 1999, atau UU Pelarangan Pekerja Anak. Mudahnya, Amerika akan menghentikan impor dari negara yang masih mempekerjakan pekerja anak.
Bangladesh terkena dampak, demi tetap bertahannya pabrik tekstil, Bangladesh mengikuti syarat dari Amerika. 50 ribu anak dihentikan dari status pekerja. SJW Amerika puas, bernafas lega, perjuangannya berhasil. Tapi apakah benar berhasil?
Tidak, puluhan ribu anak-anak tadi lebih buruk kondisinya. Pemerintah Bangladesh belum siap untuk menampung anak-anak tadi. Mereka pun tak mampu bersekolah karena memang sangat miskin.
Hal yang ditakutkan terjadi, anak-anak tersebut berkeliaran, mereka menjadi anak jalanan, ada yang menjadi penjahat kecil dan yang terparah adalah menjadi pekerja seks komersial.
Sama halnya dengan saat ini, ketika SJW berkata lantang soal hutang Indonesia. Bagi mereka hutang adalah kejahatan. Mereka tidak bisa membedakan hutang produktif dan hutang non-produktif, mereka pun gelap melihat rasio hutang kita yang jauh lebih baik dari Jepang.
Dan tenggorokan mereka pun serak berteriak tolak revisi KUHP, tanpa pernah tahu isi RKUHP itu apa. Mereka tentu saja serta merta menolak revisi UU KPK tanpa pernah menyoal bahwa ada lembaga superbody yang tidak tersentuh hukum.
KPK yang saat ini seperti holy cow atau sapi suci yang akan disembah sehingga tidak boleh berdosa, sedangkan pihak lain yang diperiksa KPK pasti dianggap berdosa. Fakta ini luput dari opini para SJW Indonesia.
Pun begitu ketika seorang pentolan SJW membuat video youtube tentang aktivitas penambangan batubara lengkap dengan daftar pejabat dan anak pejabat yang terkait bisnis tersebut. Di situ ada nama petinggi dua kubu Pilpres, ada daftar kubu Jokowi dan ada pula daftar kubu Prabowo. Video tersebut dikeluarkan menjelang Pilpres.
Pertanyaan dasar. Apa motivasi SJW membuat video ini menjelang Pilpres?Â
Opini saya mengatakan SJW sedang melakukan penggiringan opini publik ke arah golput. Opini yang ingin dibentuk adalah, bahwa kubu dua calon presiden sama-sama memiliki bisnis yang merusak lingkungan, dan mereka berbisnis. Memangnya apa yang salah dengan berbisnis?