Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Quo Vadis, Fahri Hamzah, ke Mana Akan Berlabuh?

20 Januari 2019   18:52 Diperbarui: 22 Januari 2019   19:41 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http:www.detiknews.com

Kedua, Fahri mengatasnamakan DPR setuju untuk membubarkan KPK. Pernyataan kontroversi yang sebetulnya tidak perlu dikeluarkan Fahri. PKS pun marah, Fahri dianggap "kurang menjaga etik". Disini diduga ada hubungan penyataan Fahri dengan upaya melindungi kasus suap Setya Novanto.

Ketiga, Fahri malah pasang badan untuk megaproyek gedung DPR. Yang "infonya" tidak sesuai dengan arahan DPP PKS.

Keempat, ini yang fatal. Fahri mendukung kenaikan gaji dan tunjangan anggota dan pimpinan DPR, serta revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK. "Padahal WKMS (Wakil Ketua Majelis Syuro) dan Presiden PKS telah secara tegas menolak revisi UU KPK," kata Sohibul.

Fahri malah seperti menantang, kata Fahri, orang-orang yang menolak itu adalah orang yang sok pahlawan. Saya saat mendengar itu lantas tertawa segar. Ada sesuatu dari Fahri yang kita tidak tahu.

Atas itu semua menghasilkan satu hal: Fahri di bully rakyat. Otomatisl PKS pun kena bully. PKS seperti tidak mau ikut-ikutan atas omongan Fahri, Fahri yang menumpahkan gelas kopi kok PKS yang kena cipratannya? Disuruh bersihin lagi. Kan ya gak mau, gitu kira-kira.

Alhasil, 2016 Fahri dipecat dari PKS. Saya pernah menulis bahwa Fahri tidak perlu bersedih, suatu saat Fahri akan kembali ke PKS dengan bendera PKS Perjuangan. Seperti Megawati. Eh saya salah, Fahri justru menggugat balik PKS, dan menang. Fahri tetap di PKS, meskipun PKS tidak pernah mengakui dirinya lagi.

Fahri tentu bukan orang sembarangan. Fahri punya massa yang kuat, dia pun bisa mengarahkan kemana massa itu. Ada yang tanya "Kok gak malu sudah gak dianggap tapi masih pake nama PKS untuk di DPR?".

Kalau anda di politik, singkirkan rasa malu, plester wajah anda dengan semen yang tebal.

Jadi pergerakan GARBI saat ini adalah puncak dari perseteruan Fahri dengan faksi "adil". Fahri pun terang-terangan meminta Sohibul mundur, Fahri mendukung Anis Matta, atau mungkin dirinya sendiri menjadi Presiden PKS.

"Menggembosi" PKS sampai dalam tahap yang sekarang bukan langkah satu-dua kali, tapi langkah konsisten nan persisten. kasus seperti ini akan kembali ke pertanyaan retorik. Siapa yang paling diuntungkan dari manuver Fahri (dan juga Anis Matta)?

GARBI muncul persis menjelang Pilpres 2019. GARBI menunjukkan bahwa ada konflik partai yang serius di PKS. PKS tidak lagi solid. Bahkan bukan rahasia lagi jika bicara perpecahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun