Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Melihat Konsep "NKRI Bersyariah" di Indonesia

17 Januari 2019   18:49 Diperbarui: 18 Januari 2019   13:59 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pun begitu dengan pasal-pasal lain, bahasanya terasa tendensius untuk melindungi satu pihak. Tidak ada ruang bagi agama lain di Indonesia untuk berdialog. Semua mengarah pada satu agama saja. Ini yang di awal masa perjuangan di hindari oleh elit pejuang negeri ini.

Kedua, sangat mungkin terjadi konflik horizontal antar golongan. Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin memang tidak bisa bicara apapun saat ini, karena memiliki kepentingan yang sama.

Namun perbedaan prinsip mendasar ada disini. HTI tidak mentolerir adanya demokrasi, adanya pemilu, tidak menganut trias politica, tidak ada pasal permusyawaratan perwakilan. Maka jelas akan timbul perselisihan mengenai pelaksanaan Undang-Undang nantinya.

Toh, sejak awal, jagoan HT dan IM bukan ISIS atau FPI tapi Free Syrian Army (FSA) sebagai tentara pembebasan Suriah, bukan kelompok teroris. Di Suriah sendiri, Jabhah Al-Nusra, HT, IM, ISIS dan FSA saling mengkafirkan. Saya mengalami sendiri di Timur Tengah tulisan dari Dina Sulaeman sehingga sedikit banyak bisa menulis ulang dengan fakta.

Ketiga, Ekstrimisme. Ini yang jadi banyak pertanyaan dari rekan-rekan sejak tulisan pertama. Jika Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir condong pada penyebaran faham ketimbang aksi terorisme / radikalisme, lantas kenapa yang muncul ke permukaan adalah tindakan-tindakan radikal?

Begini, ektrimisme bukanlah tindakan, tapi sikap. Menurut Dr. Yusuf Qardawi, sikap ekstrim yang paling mencolok adalah fanatik pada suatu pendapat dengan fanatisme yang keterlaluan, sehingga tidak mau mengakui keberadaan pendapat lain. (Islam Ekstrem: Analisis dan Pemecahannya, hlm. 32).

IM dan HT bermain di ranah ini. Mereka berdua punya konsep Islam ekstrim kanan. Islam yang betul-betul murni tanpa ada intervensi jaman. Mereka bermahzab Hambali.

Namun IM dan HT memiliki cara berbeda. IM membaur dalam demokrasi dan politik, sedang HT tidak. Jadi, jika melihat level fanatisme, HT lebih fanatis ketimbang IM. Namun keduanya sama, sama-sama tidak bisa menerima perbedaan dalam agama.

Itu yang saya rasakan sendiri ketika di Timur Tengah. Bahkan perkara warna jilbab bisa menjadi masalah buat mereka. HT mendukung teror? Ya, tapi untuk perang secara langsung, nanti dulu.

Seperti di Libya dan di Suriah, HT adalah sebagai cheerleader yang memprovokasi jihad dan penggulingan kekuasaan. Beberapa sumber menyatakan HT berkompromi dengan NATO untuk menggulingkan pemerintahan Khadafi di Libya.

Dan di Suriah, media internasional justru jarang menyebut soal HT dan IM. HT hanya sebagai genderang perang Jabhah Al Nusra dan FSA di Suriah, bahkan berbaiat dan meng-endorse saudara Al Nusra, kelompok Ahrar Al-Sham yang mengerikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun