Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Polemik TKA Era Jokowi, Dari "Skill" Hingga Tukang Masak Asing

25 September 2018   17:30 Diperbarui: 26 September 2018   15:46 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.finance.detik.com

"Kenapa India masih memakai tenaga kerja asing, sob?" Tanyaku kepada seorang kawan asal Gujarat.

"Lha, sampeyan kira orang India sudah mampu gitu buat Turbin? Kita sudah kuasai teknologi, tapi belum mampu membuat" Jawabnya. 

Indonesia, India maupun China (3 negara padat karya) bukan merupakan negara dengan konsep teknologi. Ketiga negara ini mau tidak mau harus menggandeng asing untuk mengembangkan industri di dalam negeri.

Dan dari 3 negara ini, China-lah yang sudah lepas landas, dari negara padat karya ke negara padat modal.

Indonesia masih jauh, sangat jauh. Untuk sektor pembangkit listrik (yang mana ini juga disebut proyek Infrastruktur), tidak ada equipment yang basisnya high-tech bisa dibeli dari negeri sendiri.

Ambil contoh Turbin, untuk sebuah Turbin sekelas pembangkit listrik, kita membutuhkan perusahaan manufaktur yang basisnya ada di tiga benua. Satu di Eropa, satu di Amerika, satu di Asia (yaitu China).

Dari ketiga benua tadi, sudah tentu China-lah yang termurah. Ini yang menyebabkan produk China laris, di Indonesia.

Setelah deal dengan manufaktur, kita masuk ke konsep detail desain, yang mana ini biasanya menggunakan jasa konsultan asing. 

Kenapa konsultan asing? Karena mereka yang paham teknologinya, pernah memakai teknologi tersebut, dan lebih jauh lagi, mereka punya sertifikat.

Setelah fase detail desain selesai, mulailah masuk ke fase manufaktur dan kemudian pengiriman hingga instalasi Turbin. 

Nah, di tahap pengiriman dan instalasi inilah para engineer/ tenaga ahli asing tadi mulai masuk ke Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun