"Mereka bersarung dan berpeci tuan, sama seperti yang ayah pakai ketika ke Langgar setiap Maghrib" Sambung gadis itu.
"Apakah surga mereka berbeda, tuan?"
Pria itu tertegun, pertanyaan yang amat rumit dari seorang gadis kecil.
"Ah, kau masih terlalu kecil, wahai puan, ayo ikut aku" Ajak pria tersebut, tanganya menggandeng sang gadis berjalan melewati sebuah jembatan kanal.
Sore menjelang Magrib, Â langit menorehkan klimaks tinta yang begitu syahdu. Terdapat sedikit bintang yang tidak disiplin mengikuti aturan langit.
"Wahai puan, kau tidak bisa mengganti apa yang sudah terjadi..dan yang telah pergi"
Mereka pun menatap langit.
Pria itu kembali berjongkok, matanya menatap mata sang gadis kecil dengan dalam.
"Lihat bintang itu puan kecil, kau adalah bintang. Bintang, tahu waktu kapan bersinar dan kapan harus redup. Hari ini redup, esok kau akan melihatnya lagi"
"Kami pun bintang, dan suatu saat nanti kami pun akan menghilang. Tapi jangan khawatir, di suatu waktu itu, kau akan bertemu kami lagi, puan. Juga ayah dan ibumu, mereka adalah bintang"
"Apa di atas bintang ada surga, tuan?"