Point 2 dan 3 dan 6, fasilitas publik bagi disabilitas dan lansia di lembaga pemerintahan tidak berimbas langsung pada pengurangan kemacetan, ini kan jauh panggang dari api. Fasilitas untuk penyandang disabilitas dan lansia memang sudah perlu ada. Ini perlu dimasukkan kedalam program kepedulian pemerintah Jakarta, bukan sebagai pengurang kemacetan. Juga program olahraga dan budaya yang sudah jalan dengan sendirinya, karena tuntutan kekinian.
Point 4, meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan. Apa kongkritnya? Berapa kilometer jalan yang harus di bangun untuk membandingkan dengan pertumbuhan kendaraan di Jakarta, apakah mayoritas underpass atau flyover? Bagaimana dengan integrasi jalan raya menuju kota satelit Bekasi dan Depok? Apakah ingin meneruskan yang sekarang atau ada ide lain yang seperti apa?
Point 5, berapa rencana feeder yang harus ditambah? Kawasan mana saja yang akan menjadi prioritas? Lalu bagaimana dengan angkot dan bus kota yang ada sekarang? Apakah ada ide untuk memanfaatkannya sebagai feeder busway? Para supir bagaimana? Manfaatkan, dengan cara mengangkat para supir menjadi PNS misalnya?
Jadikan semua itu kedalam one page spreadsheet. Mudahkan rakyat Jakarta untuk membaca program kerja. Belum punya data detail? Wah, tim sukses ngapain aja? Jakarta seperti ini terbukanya kok belum punya data detail. Atau hanya sibuk mengurusi meme dan isu-isu yang jauh dari profesional?
Saya jadi ingat novel Digital Fortress karya Dan Brown, di situ tertulis tentang 'percobaan' Brainstorm, percobaan kecerdasan buatan sebagai simulator sebab-akibat. Awalnya Brainstorm digunakan dalam kampanye politik untuk menciptakan 'situasi politik' tiruan, ada hipotesis dari interaksi semua tokoh-tokoh berpengaruh, politikus, ilmuwan, isu-isu panas, dan peta politik dilihat dari gender dan usia,
Saya hanya membayangkan jika program ini diaplikasikan di Indonesia, artinya semua calon gubernur sudah punya 'peta politik' yang nyaris sempurna. Tidak akan ada lagi perang yang tidak penting. Semua sudah memiliki detail program apa saja yang akan dilempar, berkaitan program kerja dan situasi politik. Tidak ada lagi calon 'kecambah', politikus yang baru muncul pun akan punya kapasitas yang setara dengan incumbent.
Ini Segalanya Soal, Bagaimana Anda Meyakinkan Kami. Ini Semua Soal Kemampuan
Ketika kita bicara sebuah proyek yang bernama Jakarta, kita tidak lagi bicara soal simbol, soal visi dan misi di atas kertas. Jakarta tidak butuh orang yang masih meraba, Jakarta sudah terlalu sesak, terlalu rumit, Jakarta butuh seorang jenderal yang langsung berlari, bukan berjalan meraba-raba.
Jenderal yang sudah tahu berapa amunisi yang diperlukan untuk bertempur, bertempur melawan banjir, bertempur melawan kemacetan dan juga melawan para warga urbanisasi yang sedari dulu mengganggu akses ketertiban dan kebersihan hingga menjadi penyebab banjir. Juga tentunya bertempur melawan mafia dan preman yang selama puluhan tahun tidak pernah tersentuh.
Saya tidak mau meng-underestimate seorang Agus Yudhoyono. Tetapi ternyata penampilannya di Mata Najwa pun tidak mengesankan, mungkin para pendukungnya akan berkata, "Lho kan belum masa kampanye, jangan seenaknya suruh Agus ngomong."
Loh, iya betul. Kampanye belum dimulai, tapi apa namanya kalau sudah mulai blusukan? Apa tidak sama dengan kampanye? Lalu kenapa di Mata Najwa beliau justru banyak bertanya balik? Apa akibat kurang menguasai materi?
Kita tahu bahwa acara Mata Najwa dan juga ILC adalah dua acara di mana para persertanya diuji kepandaiannya. Di Mata Najwa adalah bukti shahih kepiawaian Jokowi memanfaatkan kampanyenya dulu, dan ILC adalah saksi bagaimana MUI berkata tegas soal Ahok baru-baru ini.