Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Medco, Antara Nasionalisme dan Singapura

19 September 2016   07:53 Diperbarui: 19 September 2016   11:34 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: market.bisnis.com

Ada berita yang menggembirakan kemarin (17/9), tapi sekaligus juga agak memprihatinkan. Berita itu ialah soal rencana akuisisi Medco Energi terhadap seluruh 40% saham kepemilikan ConocoPhillips di Blok B Natuna Selatan.

Sekadar catatan bahwa Blok B Natuna Selatan merupakan Blok produksi yang menghasilkan minyak sebanyak 30 ribu barel per hari dan gas bumi sebanyak 300 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Angka produksi yang termasuk besar.

Lalu apa berita yang menggembirakan itu?

Berita menggembirakannya adalah semangat untuk mengembalikan aset migas yang dikuasai asing akan kembali ke bumi pertiwi, seperti kita tahu bahwa Medco Energi adalah perusahaan yang didirikan oleh pengusaha asli Indonesia, Arifin Panigoro. Dan seperti yang dikenal, Arifin adalah sosok yang cukup punya nasionalisme yang tinggi, pentolan PDIP dan peduli terutama soal olahraga Indonesia.

Seperti biasa, komentar bersliweran di Whatsapp grup yang sebagian besar anggotanya bekerja di dunia migas. Mayoritas berkata, "Selamat untuk Medco, semoga migas kita semua kembali ke Indonesia", atau "Semangat 2017! Semangat Nasionalisme Migas Indonesia!"

Wah pokoknya macam-macam komentar yang berharap bahwa migas kita betul-betul kembali, kita kuasai sedikit demi sedikit, bahkan ada yang berharap minimal 80% bisa kita ambil alih. Positif sih, tapi apa betul?

Saya sempat bangga kepada Medco ketika berhasil mengakuisisi hampir seluruh saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) melalui PT Amman Mineral Indonesia (AMI) pada Juni lalu.

Angkanya fantastis, 34 trilyun rupiah, prosesnya cepat, tidak butuh drama ala Bakrie-Rothschild dan akuntabel. Semangat nasionalisme dibuatnya membara.

Di situ, Newmont Corp (USA) [45%] dan Sumitomo Corp (Jepang) [35%] yang sebelumnya memiliki 80% saham di NNT, seperti 'legowo' jika NNT dipegang oleh Medco, bukan Bakrie. Di mana sebelumnya, Bakrie melalui MDB (Patungan dengan Pemprov NTB) sudah berusaha untuk memiliki seluruh saham NNT, tapi selalu diganjal oleh Newmont sendiri.

Medco sudah terbukti di operasional, dan Bakrie lebih terkenal pada jual beli, mungkin ini yang jadi pertimbangan Newmont Corp yang akhirnya menyerahkannya pada Medco, meskipun tidak mengesampingkan faktor pemerintah juga.

Tapi yang menarik adalah funder-nya, jika melihat laporan keuangan Medco yang masih merugi, kok sepertinya mustahil jika dana sebanyak itu menggunakan dana kas atau uang pribadi. Dan ternyata dugaan saya betul, akuisisi itu didanai oleh tiga bank BUMN; Bank Mandiri, BRI dan BNI, alias didanai oleh negara.

Nah, kembali ke Natuna. Jika dugaan kembali betul, maka proses akuisisi Blok B Natuna Selatan dari ConocoPhillips pun juga akan memakai sistem yang sama, yaitu pendanaan bank, bahkan mungkin akan kembali menggunakan bank BUMN. Dari sisi kedekatan Arifin Panigoro dan Muhammad Luthfi dengan Pemerintah, maka tak sulit bagi mereka untuk bergerak ke sana.

Yang jadi pertanyaan, di mana posisi pemerintah? Apa yang akan didapat negara dengan akuisisi itu? Apa hanya sebagai funder? Meminjam bahasa kasarnya para haters: 'sapi perah'.

Di sinilah letak berita yang agak memprihatinkan tadi.

Kita jangan bicara pajak atau smelter, karena itu hanya berdampak pada proses pengolahan produk dan uang masuk, bukan kepemilikan. Kepemilikan dinilai dari berapa persen saham pemerintah disana dan apa kontribusinya bagi negara.

Dari situs resmi Medco Energi, tercatat bahwa struktur pemegang saham Medco Energi hanya ada dua, mereka adalah Encore Energy [50,7%] dan sisanya publik [49,3%].

Untuk publik, kita tidak pernah tahu siapa saja di sana, karena ada ratusan investor ritel dan trader yang bergabung dengan satu tujuan, dapat untung, bukan untuk memikirkan visi dan misi Medco.

Lalu siapa Encore Energy? Encore Energy Pte Ltd adalah perusahaan investasi migas yang tercatat di Singapura, memiliki induk yang bernama Encore International Ltd dengan keluarga Panigoro sebagai pemegang saham mayoritas atau pengendali [60,6%] dan sisanya dimiliki oleh Mitsubishi [39,4%].

Encore International Ltd sendiri di dalam laporan keuangan resmi dari Medco Energi disebutkan, adalah perusahaan yang terdaftar di British Virgin Island (BVI). BVI adalah wilayah luar negeri Britania Raya di kawasan Karibia, sebelah timur Jamaika, BVI dikenal juga sebagai kawasan Tax Heaven, sama seperti Panama dalam kasus Panama Papers.

Sumber: Laporan Keuangan Medco Energi International Tbk FY2013
Sumber: Laporan Keuangan Medco Energi International Tbk FY2013
Betul untuk tidak berburuk sangka bahwa keluarga Panigoro sengaja membuat perusahaan cangkang di BVI untuk menghindari pajak, toh ini sudah masuk di laporan keuangan resmi dari Medco, yang artinya secara legal pasti sah. Tapi untuk apa?

Jadi, ada tiga hal yang agak memprihatinkan.

Pertama, tidak adanya posisi pemerintah untuk ambil bagian di dalam kegiatan akuisisi Medco Energi baik dengan Newmont ataupun ConocoPhillips, rencana pembelian saham Medco oleh Pertamina di tahun 2010 harus kandas oleh DPR. Bank BUMN cuma sebagai 'penyalur kredit'.

Kedua, posisi Medco Energi meskipun berstatus sebagai perusahaan Indonesia dan punya aset di Indonesia namun memiliki induk pengendali yang tidak di Indonesia. Ini kan sama saja dengan Unilever, meskipun punya pabrik di Indonesia, tapi pengendalinya tetap di Inggris.

Nah, kalau Unilever jelas pemiliknya darah Eropa (British-Dutch), kalau Medco?

Ketiga, Encore terdaftar di dua negara yang terkenal akan tax heaven, meskipun ini legal tapi untuk apa? Justru ini jadi pertanyaan.

Pantas saja mengapa Singapura getol sekali menahan para peserta tax amnesty (baca di sini) bahkan di ancam laporan kriminal. Yah kalau pesertanya sekelas Encore yang punya Medco raksasanya migas Indonesia, wajar saja. Ini baru satu taipan, belum para taipan lain.

Ini mah kelasnya paus putih, bukan kakap lagi. Kalau pemerintah Indonesia terus melakukan manuver menyerang dan memiliki striker handal untuk cetak gol, Singapura bisa jadi kucing pura..bukan singa lagi..

Yah, saya rasa, saya harus menahan rasa gembira ini, tapi mudah-mudahan tidak untuk waktu yang lama.

***

Artikel dimuat di blog pribadi, di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun