Mengamankan kondisi ESDM setelah kisruh pada masa Sudirman Said adalah yang terpenting, dan tokoh non parpol seperti Arcandra patut ditunggu kontribusinya. Jika concern presiden adalah mengamankan Blok Masela pun masuk akal.
Secara umum, Blok Masela ada blok gas abadi, abadi dalam pengertian sebenarnya, yang berarti selamanya. Nah, siapa yang tidak ingin berebut? Dan Presiden yang sudah memutuskan Blok Masela dilakukan di darat (onshore) tentu butuh seseorang yang paham betul dari hulu hingga hilir skema onshore Blok Masela dari sisi teknis dan biaya, tidak boleh ada meleset sedikitpun karena ini untuk “selamanya”, forever, everlasting. Wajar saja.
Jadi, Presiden tidak perlu malu atau merasa galau lagi, toh tidak ada keputusan yang bisa menyenangkan semua pihak.
Oya, lalu soal izin Freeport bagaimana? Sudah dijelaskan oleh banyak pihak bahwa izin Freeport sudah diatur dalam nota kesepahaman di tahun 2014 yang di tandatangani oleh SBY. Dan selama Freeport memenuhi syarat-syarat dari pemerintah Indonesia, diantaranya pembangunan smelter, divestasi saham 30% hingga 2019 dan tentunya selama belum tercapainya re-negosiasi, maka izin Freeport tetap akan diperpanjang selama 6 bulan berkelanjutan hingga tercapai kesepakatan.
Jadi, jangan galau soal Freeport, siapapun Presiden dan menteri ESDM nya, izinnya tetap bakal di perpanjang karena Freeport toh terus memenuhi kewajibannya, contohnya smelter yang masih dalam pembangunan di Gresik dan yang sudah soft opening di Ketapang.
So, Arcandra bukan cuma soal Masela, atau soal Freeport, Arcandra adalah soal integritas energi dan sumber daya Indonesia yang harus di kelola professional untuk selamanya, dan Arcandra patut ditunggu gebrakannya. Gebrakan salah satu putra terbaik bangsa yang bernafas di luar negeri, harus kita bawa kembali ke bumi pertiwi.
Salam merdeka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H