Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Donald Trump dan Ahok, Dua "Kegilaan" yang Fenomenal

3 Mei 2016   11:29 Diperbarui: 3 Mei 2016   16:15 4148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi ada perbedaan.

Trump berlatar belakang konservatif sedangkan Ahok berlatar belakang progresif. Trump membenci perbedaan (imigran, muslim dsb) sedangkan Ahok justru sebaliknya karena dia adalah minoritas, ya tak mungkin minoritas lantas membenci mayoritas, jika ingin hidup ya harus beradaptasi kan? Logis.

Trump berambisi menguasai dunia secara terbuka, sebuah ambisi yang berbahaya sehingga banyak yang mengecam, termasuk rencana pembatasan ekspor Tiongkok ke AS dan isu politik mata uang yang bisa berakibat pada goncangnya ekonomi Tiongkok, goncangnya Tiongkok akan berdampak pada global, terutama Indonesia. Di sini Trump sudah berlevel “madness”.

Ahok, tidak ditemukan indikasi seperti Trump, misal: Ingin mengusir etnis tertentu, atau melarang kenikmatan muda-mudi pacaran sambil bermotor-ria, tidak. Meskipun banyak kontroversi, tetapi masih dalam batas.

Tindakan lugas Ahok masih diikuti oleh pemikiran, contoh relokasi, harus diikuti adanya ruang pengganti yang layak, rusunawa pun di bangun. Ada masalah dalam pelaksanaan? Ya pasti. Kita pindahan rumah saja sudah banyak masalah, apalagi memindahkan satu kampung?

Tindakan Ahok yang progresif sebetulnya dimulai oleh langkah Presiden Jokowi ketika menjabat wali kota Solo dan gubernur DKI lebih dulu. Beda dengan Foke atau Mantan Presiden SBY yang bermain aman, Jokowi bersifat progresif dan ternyata masyarakat suka. Ahok menangkap fenomena itu, tinggal melanjutkan dengan gayanya.

Apakah Trump bisa menang?

Di AS, Trump memiliki pesaing, yaitu Hillary Clinton. Hillary yang sangat cerdas tentu mewakili kaum AS yang menghendaki perubahan ke arah perdamaian, diplomasi dan liberal. Hillary adalah penentang kebijakan Bush ketika menginvasi Irak. Meskipun tidak terlalu revolusioner, toh setidaknya Hillary bisa melanjutkan Obama, sesama jaket Demokrat.

Obama terpilih dua kali, itu membuktikan masyarakat AS mayoritas mulai berpikiran progresif, sudah meninggalkan budaya kuno, menganggap isu agama dan warna kulit adalah isu sampah. Logisnya, dari sini Trump sulit menang, kecuali keinginan AS terhadap gerakan konservatif dari tokoh nonpolitik begitu besar.

Apakah Ahok bisa menang?

Di Jakarta. Saat ini Ahok belum punya pesaing yang signifikan secara kualitas, Yusril masih dianggap tokoh konservatif lama yang mencari panggung. Sandiaga yang bermain apik terlihat kurang greget, kurang mewakili masyarakat Jakarta yang hidupnya “garang”. Pun dengan tokoh-tokoh lain, pesaing Ahok ada, tokoh progresif ada, tapi tidak di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun