“Apa yang telah aku lakukan!”
“Sudah jangan pikirkan, nanti saja. Sekarang urusan kita belum selesai, kau tidak akan bisa pulang ke negerimu sendiri jika kau macam-macam denganku!”
“Kau disini kerja, dasar babu!. Sekarang letakkan diujung pohon sana, atau aku akan berbuat nekat”
Ketakutan dihinggapi oleh seorang wanita berparas ayu berkulit kecoklatan, tangannya kasar seperti pejuang gerilya jaman Jendral Sudirman, dia membawa kotak berwarna coklat, tangisnya sudah tak berasa dan tak terlihat akibat tersapu hujan yang tak pernah berhenti.
Oh, lelaki berkulit putih itu masih terus berteriak-teriak, memaki-maki dan kali ini bersiap menjambak rambut. Namun wanita itu masih terus bertahan.
“Cepat letakkan, nanti pasti ada yang akan mengambil. Sudahlah ayo kita pergi!, cepat”
“Sebentar!!, aku hanya ingin ini!” ujar wanita itu dengan terisak.
Dibukanya kotak coklat itu dengan tangannya yang kasar dan basah, dengan tergesa wanita itu menulis sesuatu di selembar kertas putih yang sudah ia siapkan dari rumah tadi. Tulisan yang akan berarti bagi bayi mungil yang sedang tertidur lelap.
“Dermaga, ini namaku”