Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan di Victoria Park

8 Januari 2016   20:32 Diperbarui: 8 Januari 2016   21:27 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Tapi.. ketahuilah, aku bahkan sudah mencium baunya!, aku rasakan rintihan anginnya, semerbak wanginya, aku kalbukan pikiranku..”

“Dan mungkin, disana bersemayam arwahku yang sekarang ini. Mungkin” ujar lelaki itu lirih.

Bicaralah terus, bicaralah. Kau membuatku melayang wahai Dermaga. Lihatlah, aku bahkan tahu namamu sebelum aku tahu nama kopimu yang anyir. Bicaralah, kau betul-betul membuatku basah. Pikir Kenanga sambil menggeliat.

“Karena itu, aku ingin ke Victoria Park”

“Pergilah Dermaga, apa yang sulit bagimu jika hanya ke Victoria Park, bahkan ke ujung dunia pun kau sanggup. Victoria Park hanya masalah kecil buatmu”

Cangkir kopi itu tiba-tiba miring, tangannya mengepal, lelaki itu seperti kehilangan kendali. Pemandangan yang tak biasanya karena selama dua hari yang lalu lelaki ini begitu tenang.

“Hanya?..hanya?..Kau pikir "hanya”?! itukah hasil pendidikan modern mu selama ini, mencetak pemikiran instant, tanpa perasaan. Pertemuan sejak kemarin, ceritaku soal Victoria Park, lalu kau anggap dengan “Hanya”?” spontan lelaki bernama Dermaga itu seperti tersihir, matanya bagaikan api neraka menjilat tubuh orang munafik.

Kenanga menatap tajam, dia tidak merasa takut sedikitpun, justru dia merasa aneh. Entah apa yang dilihatnya, dia melihat bayangan setengah, agak kabur namun jelas terasa dalam kuduknya. Bayangan yang selalu ada di samping lelaki tersebut selama tiga hari pertemuannya, bayangan yang tak pernah disadarinya, namun sekarang dia melihatnya.

Namun, Kenanga tak berani berkata-kata. Dermaga, lelaki tiga hari itu, dia hanya tertunduk namun tidak menangis. Dia lamat menatap kopinya yang mengendap, lamat-lamat kedalam kopi, yang entah mengapa semakin berbau anyir.

Lelaki itu pun pergi, tanpa berucap pada Kenanga yang kembali berwajah datar. Yah datar, namun setidaknya dia akhirnya tahu nama kopi itu, sama.

Victoria Park

“Cepatlah!! Letakkan diujung pohon itu”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun