Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Inilah "Satire" dalam Tulisan

5 Januari 2016   22:44 Diperbarui: 6 Januari 2016   12:14 1845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Courtesy: http://image.slidesharecdn.com"][/caption]Judulnya saja salah, seharusnya "Bagaimana Memahami Tulisan Satire"

Tapi toh jika Seno Gumira saja memberi judul "Rembulan dalam Cappuccino"

apakah ada rembulan dalam cappuccino..?

***

Setelah mengamati timeline sosial media terhadap tulisan parafrase yang berhastag #Martabak#AnakPresiden sepulang kerja. Kok sepertinya ada yang salah terhadap beberapa orang atau pihak, yang entah sengaja memplintir atau memang kurang paham - istilah kerennya "gagal paham" - terhadap tulisan tersebut.

Bahkan satu media online terkemuka memberitakan tulisan tersebut jauh dari maksudnya. Seperti ini

Dan beragam komentar lainnya di twitter dan facebook. Okelah jika penikmatnya pengguna twitter atau facebook yang tidak semua memiliki hobi menulis atau membaca, itu bisa dimaklumi. Tapi ternyata itu juga datang dari beberapa kawan di Kompasiana yang notabenenya punya hobi menulis atau minimal sudah pernah membaca tulisan seperti itu.

Agak lelah juga ketika ada beberapa teman dekat yang justru mempertanyakan "apa anda sudah loncat kubu?".

Hah..Kubu? Sudahlah, pasti banyak dari salah satu kubu akan berkomen (dua-duanya sama):

"Alaah, cari sensasi..abis nulis yang itu, terus nulis yang ini, gitu aja terus sampe romeo and juliet idup lagi"

"Baru nulis gitu aja sombong, tenar dikit belagu..terus aja jilatin tuh kecebong!"

"Biar tambah follower ya kan, biar kecipratan ya kan..minta nyairin duit di twitter tuh"

Ada yang mau tulis itu kan?. Maaf karena tulisan ini sama sekali tidak ada hubungan dengan kubu, jadi jangan coba berpikiran begitu apalagi berkomen soal politik dan komersial. Ini bukan soal politik dan tidak pernah terkomersial, tapi ini soal gaya penulisan.

Dan disini tujuan penulis bukan untuk menggurui atau sok tahu, mohon maaf jika ada yang merasa demikian. Tapi niat penulis adalah mengingatkan lagi dari tulisan Sdr Pebrianov yang pernah ditulis di Kompasiana pada 1 Juni 2014, artikel DISINI. Sehingga kita bisa sama-sama enak menikmati jika di Kompasiana nanti ada tulisan seperti itu lagi.

Begitulah kira-kira.

Tulisan parafrase diatas adalah tulisan yang memiliki gaya bahasa atau penyampaian yang bersifat Satire.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia digabung dengan wikipedia, Satire adalah "Gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Satir biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme atau parodi.

Ada dua jenis satire berdasarkan penyampaian; verbal dan tulisan. Verbal sering digunakan oleh orang kepada orang lain untuk menunjukkan ketidaksukaan/ketidaksetujuan akan suatu hal terhadap orang lain, namun menggunakan bahasa yang seakan-akan menyetujui, lalu ditambahkan dengan bahasa tubuh yang menegaskan ketidaksetujuannya. Bingung? contoh:

Misalkan pacar anda ulang tahun, ternyata anda lupa dan baru memberikan kado dan ucapan selamat tiga hari kemudian, percakapannya:

Anda: "Sayang, selamat ulang tahun ya, maaf aku kemarin lupa karena sedang banyak pekerjaan"

Pacar: "Oh, gapapa kok sayang, yang penting kamu perhatian, dikasih ucapan sama kadonya setahun lagi juga gapapa"

Nah, bisa dipastikan anda akan tersinggung atau malu kan. Padahal kalimat si wanita adalah kalimat positif, dan bertujuan membangun agar anda tahun depan tidak telat lagi. Pasti sudah pada paham karena sebetulnya ini biasa kita pakai sehari-hari juga. Ini selalu ditambahkan teknik sarkasme, dengan penambahan bahasa tubuh, intonasi dan tentunya mata.

Di Indonesia, contoh satire verbal ini dipakai dalam acara parodi; sentilan-sentilun, stand-up comedy, ILK (Indonesia Lawak Club) pun terkadang memakai ini. Tokoh terkenal yang memakai ini adalah Butet Kertaradjasa, Cak Lontong, Iwan Fals dkk.

Verbal jauh bisa dipahami karena ada bahasa tubuh disana, lalu bagaimana dengan satire visual / tulisan?

Teknik ini adalah teknik yang beresiko, sangat beresiko. Karena satu-satunya harapan penulis teknik ini terletak pada pembacanya, jika pembacanya salah, maka maksud si penulis tidak pernah bisa ditangkap. Tidak ada bahasa tubuh disana yang bisa menolong.

Contoh:

“Presiden Putin terlihat sangat gagah, bertelanjang dada dan mampu menaiki seekor beruang, dia memang pantas maju pilpres Indonesia 2019”.

Jika anda pembaca yang datar, anda akan berkomentar “ngapain kok ngurusin Putin, emang dia orang Indonesia, mikir donk min, admin bloon”

Tapi jika didalami, anda akan mengerti bahwa si penulis mendambakan pemimpin Indonesia yang gagah, seperti bang Putin. (haters jangan gerak dulu, sabar)

Contoh tokoh yang menggunakan satire dalam tulisan sangat banyak, anda tinggal search google. Tapi yang paling penulis suka justru adalah gaya satire Umar Kayam, dalam novel “mangan ora mangan kumpul” beliau menyindir halus kondisi orde baru dengan satire khas jawanya,sebegitu halus, cerdas dan sederhananya sehingga ia tidak pernah tersentuh, bedakan dengan Pramoedya Ananta Toer. Di dunia meme, kalau anda rajin buka www.9GAG.com, itu isinya satire semua.

Apakah satire semakin halus semakin bagus? Tidak, karena tergantung tujuannya.

Oke, mari kita sedikit menyinggung tentang “surat terbuka untuk Gibran”. Tulisan tersebut menggunakan satire Juvenalian kelas kecebong, artinya satir yang getir, kasar, sederhana dan sedikit gak bermutu. Sangat jauh berbeda dengan satire gaya Umar Kayam, Pramoedya atau bahkan “The Spectator” nya Joseph Addison – ya jauhlah. Mungkin bisa dibaca “A Modest Proposal”nya Jonathan Swift yang baru pembukaan saja sudah satire.

Oke, langsung ke paragraph ketiga, kalimat dibuat sinis kasar, “...Anda seharusnya sedang duduk hepi-hepi dengan Mister X”. Ini satir yang sangat sederhana, kata “seharusnya” biasanya dilanjutkan dengan kalimat positif, tapi ini dilanjutkan dengan “Mr X” yang mana beliau merupakan tokoh antagonis. Artinya ada penyimpangan kalimat (anomali) disana. Beberapa menyebut majas ironi.

Jadi, kalimat itu seakan menyuruh tindakan hepi-hepi dengan Mr X, padahal itu tindakan negatif. Dan sejauh berita yang ada, itu tidak pernah dilakukan oleh si "Anda". So? artinya ini hanya sindiran?

Jika tulisan itu ditulis haters, mungkin kalimatnya menjadi "anda duduk hepi-hepi dengan Mr X, apa anda pernah memikirkan rakyat?". Ini kalimat sinis akan situasi yang "sudah terjadi". Haters siapapun dari pihak manapun, akan sinis terhadap situasi yang seperti ini. Bisa saja digunakan majas ironi, tergantung kreatifitas.

GNah, jika sekilas sudah dapat, maka selanjutnya anda tinggal ikut alurnya saja. Ini termasuk tulisan yang sederhana dan cukup simple.

Oya, satu pelajaran lagi yang penulis dapat dari kompasiana dan media online lainnya ialah membaca seutuhnya tulisan yang anda klik, berangkat dari pengalaman penulis yang kurang pas memberi komentar pada salah satu tulisan karena tidak membaca utuh. Akibatnya penulis menjadi malu, apalagi tulisan itu dibuat oleh kompasianer senior.

Kalau boleh, penulis merekomendasi buku-buku di atas tadi sebagai bahan bacaan dan juga perbanyak membaca fiksi di Kompasiana. Fiksiananya sunguh bagus, banyak yang bisa dipelajari dari sini, perkara yang baca sedikit itu mungkin hanya soal selera.

Yah sekedar sebagai khazanah membaca, agar pola membaca kita lebih luas, termasuk untuk penulis sendiri yang masih sangat dangkal.

Sedangkal keceb...eits!

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun