"Haha, biar saya yang urus Non Alin sama Ari. Silakan lanjut nostalgia-nya," Mba Dhea mengedipkan satu mata dan ikut bergabung dengan mereka.
Kevin pun mengajak Gilang untuk langsung pergi ke tempat pertemuan sekaligus yang terakhir kalinya bertemu dengan si siren tersebut. Di tangannya tergenggam erat, sebuah buket mawar putih segar untuk mendiang adiknya. Selama di perjalanan, dia mengatur napasnya yang menderu karena takut melihat bayangan Jesika. "Chill, bro! Jesika nggak bakal marah sama kita," Gilang mencoba menenangkan temannya itu dengan nada riangnya seperti biasa.
Kevin berhenti sejenak dan berterima kasih kepada Gilang selaku temannya itu. Begitu mereka telah tiba di TKP, seketika Kevin dan Gilang mendadak membeku di tempat. Seorang wanita yang terkulai lemas di atas bebatuan dengan sebuah anak panah yang menancap di perutnya. Rambutnya hitam bergelombang dengan kulit keperakan, memiliki ekor duyung yang berwarna hijau gelap, dengan kuku-kuku jarinya yang runcing. Sosok wanita yang sudah membunuh Jesika. Dia ... kembali!
Bersambung ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H