Mohon tunggu...
Dona Mariani
Dona Mariani Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pelajar SMA Negeri 3 Brebes yang sedang mencari jati dirinya saat ini

Seorang pelajar yang sedang berusaha menjadi sesuatu. Menulis adalah salah satu kegemarannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Di Antara Kita : Bagian Kelima

26 Desember 2024   23:00 Diperbarui: 26 Desember 2024   20:17 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar abstrak) (Sumber Gambar : Pribadi)

Gilang menatap lekat-lekat Alina. "Jesika ... dimakan oleh wanita duyung tersebut. Menyisakan kepala dan kedua tangannya saja," kata Gilang dengan lirih.

Sontak Alina merasa hendak memuntahkan makan siangnya dari dalam perutnya, jika ia tidak berusaha menahannya. Kaori yang kebetulan lewat di depan ruang kerja, keheranan melihat Alina seperti orang yang hendak muntah. Ketika dia bertanya kepada Gilang yang dijawab dengan kronologi ringkasnya, dia membelakkan mata tidak percaya.

"Siren," katanya pelan yang mengundang perhatian mereka berdua. "Wanita yang tuan-tuan sekalian temui adalah siren atau makhluk sejenis putri duyung namun dalam versi kebalikan, yang sedang mencari mangsa. Ini hipotesisku saja, kemungkinan besar Nona Jesika mendengar nyayian merdu siren yang menghipnotis dirinya hingga membawanya ke pantai. Ketika keadaan dirasa aman, Nona Jesika langsung dimangsa oleh siren tersebut karena kelaparan. Artinya, siren tersebut sudah mengintai keadaan pantai tempat tuan-tuan bermain lalu mencari waktu yang tempat untuk mencari mangsa. Sebagai tambahan, selain ikan-ikan kecil, siren suka memangsa manusia yang terlena dengan nyanyian merdunya lalu menyantap mangsa tersebut mentah-mentah," tambahnya dengan panjang lebar.

"Mungkin saja begitu ya," kata Gilang menyetujui hipotesis Kaori. "Begitu kami saling tatap-menatap, sontak si siren langsung kabur dengan menceburkan diri ke laut tanpa sempat kami cegah. Aku hanya bisa menatap penuh iba, ketika Kevin memeluk sisa-sisa tubuh adiknya yang masih utuh dengan berlumuran darah sambil menangis kencang. Dia berkata begini sambil berteriak, 'Begitu aku melihatmu lagi, jangan harap kau bisa lepas dari cengkeramanku! Camkan itu, dasar pembunuh!,' yang di mana jasad Jesika dikebumikan besok paginya. Kami berdua memutuskan untuk berterus terang dengan kejadian tersebut. Awalnya keluarga Kevin tidak percaya, namun atas dasar penguatan fakta oleh pelayan pribadi Kevin, mereka akhirnya percaya. Beberapa hari kemudian, keluarga Kevin pindah rumah ke Jawa Tengah. Kami baru bertemu kembali saat kuliah dan keadaannya sedikit canggung waktu itu. Namun, akhirnya kami bisa akrab lagi dan Kevin menawariku sebagai sopir pribadinya yang tentunya aku jalani sampai detik ini," terang Gilang panjang lebar.

Baik Alina dan Kaori merasa kasihan dengan Kevin. "Jadi, mungkin itu alasan Tuan Kevin enggan dekat dengan kami karena trauma masa lalunya," kata Alina sembari menatap bingkai foto mini tersebut.

"Bukan mungkin lagi, melainkan benar apa adanya." Tiba-tiba Kevin sudah ikut berkumpul dengan mereka. Dengan tangan yang saling menyilang, dia bersandar di bibir pintu dengan dahi yang mengernyit.

Bersambung ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun