Mohon tunggu...
ryendazo
ryendazo Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar yang sedang mencari jati dirinya saat ini

Seorang biasa yang sedang berusaha menjadi sesuatu. Menulis adalah salah satu kegemarannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hati Selembut Awan

22 November 2024   18:10 Diperbarui: 22 November 2024   18:46 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Darwis, laki-laki berkacamata dengan balutan jaket berwarna biru tua itu memutar bola matanya malas. "Apa, sih? Sok mengatur hidup orang  lain. Dirasa dirinya sendiri sudah sempurna," ejeknya sambil berjalan mendahului Laura.

Rasanya Laura ingin memukul wajahnya sekarang, namun dia masih bisa menahan diri. "Sabar Laura, sabar. Memang kurang ajar dia," batinnya sambil mengelus-elus dada. Dia mulai berjalan mengikuti Darwis dari belakang  dengan batas jarak aman.

Laura dan Darwis seringkali terlibat cek-cok satu sama lain, entah karena berbeda jawaban soal ujian-lah, pembagian tugas kelompok-lah dan lain-lain. Kemarin lusa, dia inilah yang ketika dimintai tolong oleh Laura tentang pelajaran fisika, dia tidak melakukan kontak mata dengannya dan menjawab dengan enggan, "Cari jawabannya sendiri di Mbah Gofelt," sambil terus terpaku di depan layar ponselnya. Laura yang tidak terima dan terlanjur tersulut amarah, memukul lengan Darwis dengan cukup keras sehingga membuat lengan Darwis terasa perih dan juga panas. Kejadian tersebut disaksikan oleh seluruh teman sekelas mereka. Sebelum terjadi keributan, teman-teman mereka ada yang berusaha melerai dan ada juga yang membiarkan sambil merekam kejadian tersebut di ponselnya. Untung saja waktu itu sedang jam kosong karena para guru sedang ada rapat. Intinya mereka ribut terus.

Setibanya di kelas, mereka berdua langsung duduk di bangku masing-masing. Teman sebangku Laura, Daisy, menyapa dirinya yang langsung dibalas dengan sapaan tidak bersemangat. "Kenapa, Ra? Pagi-pagi 'udah lemas begitu," tanyanya dengan lembut.

Laura menjawab dengan bahasa isyarat, mengarahkan dagu kepada Darwis yang sedang mengobrol dengan teman yang ada di depannya. Daisy hanya ber-oh ria dan dia memutuskan untuk tidak bertanya lagi. Tidak lama kemudian, bel masuk bergema ke seluruh sudut bangunan sekolah. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, seluruh murid berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Jam pertama pun diisi dengan mata pelajaran matematika dan apesnya Laura lupa jika ada pekerjaan rumah yang harus dikumpulkan saat itu juga.

"Yang belum mengerjakan tugas dari Ibu, harap keluar kelas, ya," ujar Bu Guru sambil tersenyum. Di antara yang keluar ruangan, Laura ikut bergabung dengan teman-temannya yang tidak mengerjakan tugas. Terdapat kurang lebih delapan anak yang berada di luar kelas. Di sana, mereka dihukum dengan diuji melafalkan perkalian mulai dari perkalian satu hingga sepuluh. Yang bisa melafalkan dengan lancar, maka boleh masuk ke dalam kelas dan yang belum bisa sampai waktu jam berakhir maka dikenakan tugas tambahan dari Bu Guru.

Awalnya Laura merasa yakin bisa melafalkannya dengan lancar, namun apesnya lagi, Laura masuk ke dalam jajaran yang gagal karena tersendat ketika di perkalian angka tujuh. Alhasil, dia dikenakan tugas tambahan dari Bu Guru dan tugas tersebut harus dikumpulkan sepulang sekolah sebanyak sepuluh soal. Dia hanya bisa pasrah dan mengerjakan tugas tersebut dengan setengah hati. Sedangkan itu, Daisy hanya bisa bantu dengan berdoa dan Darwis yang menyeringai puas melihatnya. Di dalam hatinya, Laura menyumpahi Darwis agar dia gagal di ujian mendatang. Biar dia bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi peringkat pertama dari belakang.

Waktu terus berjalan hingga hari menjelang sore. Setelah bel pulang berdenting, guru yang mengajar mata pelajaran terakhir di kelas keluar, para murid mulai berhamburan keluar dari kelas. Begitu juga dengan Laura yang mengumpulkan tugas dari Bu Guru. Setelah meletakkan lembar jawabannya di atas meja Bu Guru yang dipenuhi tumpukan buku dan lembar jawaban dari kelas lain serta berpamitan kepada guru-guru yang lain, dia langsung berjalan keluar dari ruang guru tersebut. Hatinya kini sudah merasa puas sekaligus lega karena semua tugas hari ini telah ia tuntaskan sebelum jam pulang sekolah datang.

Angin sepoi-sepoi yang berhembus, dedaunan yang bergerak riang, didukung dengan cuaca yang berawan tapi sinar matahari masih menyelinap dibalik gumpalan awan lembut semakin membuat Laura ingin berkunjung ke perpustakaan daerah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolahnya itu. Sebelumnya, dia menghubungi ayahnya terlebih dahulu untuk sekadar mengabari kalau dia ingin berkunjung ke sana. Sambil berjalan kaki menuju tempat yang dituju, dia bersenandung ria menggumamkan sebuah lagu bernuansa ceria. Cocok dengan suasana hatinya saat ini. Beberapa kali dia juga melempar senyuman kepada warga sekitar. Meskipun mereka tidak saling kenal, tetapi mereka tidak segan-segan untuk sekadar membalas senyumannya.

Usai meminjam buku yang dia inginkan, Laura mulai berjalan meninggalkan gedung perpustakaan yang bisa dibilang cukup besar dan megah dengan dinding yang dipoles cat berwarna putih, memberikan kesan elegan dan kokoh itu.

Semuanya terasa baik-baik saja sebelum gawainya berdering di balik saku rok. Begitu diangkat, Laura mendapat kabar dari teman sebangkunya, Daisy, kalau Darwis mengalami kecelakaan sesaat setelah meninggalkan bangunan sekolah dan sedang dirawat intensif di rumah sakit terdekat. Katanya, dia berpapasan dengan Darwis dan sempat berbincang dengannya sebelum sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi karena kehilangan kendali menghantam tubuhnya. Daisy sebagai saksi melihat tubuh Darwis yang besimbah darah di bahu jalan. Seketika Laura tertegun dengan jantung yang berdebar-debar. Dia pun bertanya, "Kamu mau menjenguk? Aku boleh ikut?" tanyanya dengan tidak sabar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun