Mohon tunggu...
Mohammad Zasriansyah
Mohammad Zasriansyah Mohon Tunggu... Guru - Tulislah Sejarah itu dengan Benar dan Jangan Mengada-ada apalagi dengan Tafsiran yg tidak dapat dipertangungjawabkan. Sejarah suatu negeri carilah dimana sejarah itu lahir dan bukan diluar daerah yg mana belum tentu kebenarannya.. Ryan Zasriansyah

Guru Sekolah Menengah Pertama dan Penggiat Sejarah serta Budaya. Pendiri dan Pengurus Komunitas Historia Tolitoli Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Hidangan Khas Hari Raya dari Sulawesi

12 Agustus 2019   01:10 Diperbarui: 29 Agustus 2019   02:52 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1.   Burasa 

Makanan Khas yang satu ini biasa di kenal dengan nama "burasa". Makanan ini merupakan panganan khas pulau Sulawesi. Makanan ini biasa disuguhkan pada hari-hari tertentu misalnya pada hari raya maupun acara pesta hajatan atau pernikahan. 

Adapula pada hari-hari biasanya panganan ini dapat dijumpai dimana saja seperti di pasar maupun di rumah makan yang menyediakan makanan tradisional seperti Coto Makassar, Uvempoi dan Kaledo.  

Panganan ini terbuat dari beras yang dimasak terlebih dahulu dengan santan yang banyak hingga nasi menjadi lembek kemudian di dinginkan barulah nasi tersebut dibungkus dengan daun pisang yang telah disediakan atau telah selesai dipotong kemudian bagian-bagian burasa tadi disatukan dalam satu ikatan dengan menggunakan tali rapia maupun tali pengikat sayur. 

Panganan ini selain dijumpai pada masyarakat Sulawesi ternyata ada juga di Kalimantan hingga Malaysia.

Dalam merayakan hari raya besar Islam masyarakat di Wilayah Sulawesi cenderung berbeda dengan masyarakat yang ada di Pulau Jawa dengan panganan yang dapat dijumpai adalah Ketupat. Mengapa demikian, karena sebagian besar masyarakat di Sulawesi lebih memilih untuk membuat burasa ketimbang ketupat yang pada saat hari raya akan disantap bersama sanak keluarga, kerabat dan handaitaulan. Pembuatan makanan ini terbilang mudah jika dilihat dari proses tahapan pertama, tahapan mengikat hingga mengukus yang memerlukan waktu lumayan lama agar Burasa bisa masak merata.

Panganan Khas Sulawesi ini sangat cocok disantap dengan makanan tradisional yang berkuah seperti kari ayam, sop konro maupun coto Makassar. Pada masyarakat kaili burasa biasa disantap bersama Kalia Ayam, Uta Dada, Kaledo dan Uvempoi. 

Keanekaragaman panganan lokal inilah yang memeperkaya khasanah kearifan lokal demi merekatkan tali hubungan silahturahmi terlebih lagi makanan ini selalu disuguhkan pada hari raya dimana masyarakat Sulawesi saling maaf memaafkan.

2.    Sokko Tumbu

Jika sepintas dilihat ada kemiripan dengan mandura panganan khas kaili. Namun yang membedakannya adalah sokko tumbu dalam satu bungkusan hanya terdiri dari beras ketan putih sementara mandura terdiri dari dua atau tiga beras ketan yakni ketan merah, hitam dan putih. 

Panganan ini pun banyak dijumpai pada saat hari raya tiba. Akan tetapi biasanya dalam satu gulungan sokko tumbu terdiri dari dua warna semua itu tergantung dari selera.

Panganan ini berasal dari provinsi Sulawesi Selatan menyebar hingga ke pelosok Sulawesi bahkan sampai ke Malaysia dan seluruh Indonesia. Panganan ini berbahan dasar beras ketan yang direndam selama beberapa jam dan selanjutnya dicetak dengan menggunakan bumbung bambu kemudian dibungkus menggunakan daun pisang dan di susun saling menyambung dengan ukuran seragam. 

Rasa sokko tumbu dengan ciri khas ketan yang lembut dan gurih sangat pas disantap bersama makanan yang berkuah maupun tape ketan yang sudah manis. Sajian panganan ini sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat bugis dalam merayakan hari lebaran bersama keluarga mereka. 

Pada kalangan orang bugis panganan sokko tumbu dihidangkan bersama dengan gulai atau semur kambing yang kerap muncul saat lebaran Idul Adha. 

Di kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah misalnya penulis pernah mencicipi makanan ini saat berkunjung ke rumah kerabat  pada momen Idul Fitri beberapa tahun yang lalu. 

Sokko tumbu ini bukan hanya disajikan pada hari raya saja melainkan pada acara selamatan maupun hari besar lainnya. Orang Bugis Bilang tumbu-tumbu sementara di Tolitoli mereka katakan Sokko tumbu dan nama terkenal untuk daerah palu panganan ini adalah Mandura. Berbeda lagi di Bulukumba mereka mengatakan panganan ini Legesse. Cocok di santap bersama kari/opor ayam. 

3.    Mandura 

Salah satu panganan yang selalu disantap pada hari raya adalah mandura. Panganan ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan sokko tumbu khas Sulawesi Selatan namun disini penulis melihat bagaimana panganan yang satu ini begitu melekat pada masyarakat etnis kaili. 

Bertahun-tahun yang lalu makanan ini sudah mulai dikembangkan oleh masyarakat kaili demi menyambut hari raya besar Islam untuk dihidangkan pada acara santap bersama keluarga setelah selesai sholat Ied.

Seperti yang dilansir dari berbagai sumber bahwa burasa diperkirakan muncul pada abad ke-16 dan abad ke-17 setelah ketupat diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. 

Di Sulawesi tengah burasa berawal dari makanan suku kaili yang nomaden dengan pola pengelolaan yang masih sangat sederhana.  Lebih lanjut ditekankan H.J de Graaf dalam malay annal bahwa ketupat adalah simbol perayaan islam di Demak yang dipimpin oleh Raden Patah pada awal abad ke-15.   

Bisa diartikan Panganan ini mulai hadir bersamaan dengan panganan burasa setelah hadirnya ketupat sebagai simbol panganan Jawa dalam menyambut hari besar Islam.

Demi memperkenalkan panganan ini maka pemerintah kota Palu menggelar sebuah acara yang disebut Lebaran Mandura. Kegiatan ini dilaksanakan bersama takmir masjid Kelurahan Baru  ditandai dengan pawai mandura dengan rute mengelilingi boyantongo atau kelurahan baru dengan membawa seratus ikat mandura yang dibentuk seperti gunungan yang menjadi salah satu cirri khas makanan tradisional masyarakat kota palu pada saat lebaran hari raya.

Kegiatan ini menjadi tradisi warga kelurahan Baru bersama pengurus masjid Jami kampung baru yang merupakan kegiatan rutinitas yang dilaksanakan tiap tahunnya usai lebaran Idul Fitri. Berbeda dengan Lebaran Idul Adha masyarakat kota Palu lebih fokus pada menyembelih binatang ternak untuk dijadikan hewan kurban dan dagingnya dibagi-bagikan kepada masyarakat yang membutuhkan atau kurang mampu.

4.    Lalampa atau Gogoso

Lalampa atau gogoso (gogos) tidak jauh berbeda. Jika ditinjau dari penyebutan panganan ini memiliki perbedaan sesuai dengan dari mana asal panganan itu berasal seperti contoh kalau di tanah Jawa panganan ini disebut lemper dan kalau di Gorontalo disebut lalampa sedangkan di Sulawesi Selatan panganan ini disebut Gogos.  

Lalampa adalah panganan sejenis lemper berisi ikan cakalang yang diisi dalam segumpal beras ketan dan dibungkus dengan daun pisang kemudian dibakar. Begitu pula dengan gogoso hanya saja perbedaanya adalah gogos ada yang tanpa isi ikan serta ada pula yang berisikan ikan. Gogos yang memiliki isi disebut gogos kambu dengan ikan tongkol, kelapa sangria dicampur dengan bumbu.  

Panganan atau hidangan ini dapat langsung disajikan bersamaan dengan kopi atau teh sebagai kudapan dihari raya maupun hari-hari biasanya. Adapun gogos yang tanpa isi biasa dimakan dengan beraneka macam kari atau opor sesuai dengan selera dan bisa juga langssung dimakan tanpa mengunakan pelengkap lainnya. Panganan ini juga dapat dijmpai di gorontalo yang dikenal memiliki keragaman kulinernya yang saying jika dilewatkan. 

Untuk di lembah kaili sendiri lalampa lebih dikenal dengan sebutan lalampa toboli yang berhasil menarik perhatian masyarakat kota palu dengan cita rasanya yang tidak kalah dengan lalampa yang ada di Manado, Gorontalo maupun Makassar.  

Di hidangkan masih hangat-hangat cocok langsung dimakan agar rasa guruh dan freshnya masih dapat dirasakan pada indra pengecap kita. 

Kemungkinan dinamakan lalampa Toboli adalah para pedagang lalampa ini awal mulanya berjualan di Toboli karena kota Palu merupakan tempat yang menjanjikan maka mereka beralih berjualan di kota Palu tepatnya di Jalur Dua dekat Lapangan Walikota samping Jalan R.A Kartini Palu. Jika anda menyempatkan diri berkunjung ke Kota Palu tidak ada salahnya untuk mencicipi kudapan khas kami.

5.    Kalopa    

Pada masyarakat suku Kaili panganan seperti ini banyak sekali dijumpai. Pada umumnya mereka dalam menyambut hari raya selalu melaksanakan tradisi turun temurun "Molabe" sebagai bentuk kesyukuran atau pemanjatan doa kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan sehingga masih bertemu dengan hari tersebut. 

Tradisi turun temurun molabe ini masih tetap lestari hingga sampai sekarang dan ini tidak melanggar aturan Islam sesuai apa yang disampaikan oleh Ketua MUI Kota Palu dikutip dari Sulteng News. 

Kalopa adalah salah satu panganan yang sudah disusun dalam "Bakii". Kalopa adalah beras pulut yang telah dimasak kemudian dibungkus dengan daun kelapa. Panganan ini selalu ada pada masyarakat kaili dalam menyambut hari raya sebab budaya tradisi mereka "Molabe" yang masih dipertahankan. Makanan ini merupakan syarat wajib dalam tradisi ini yang harus ada di dalam baki.   

6.    Makanan Pelengkap lainnya dalam menu Hidangan di hari raya.

Tak lengkaplah jika panganan-panganan yang sudah saya sebutkan satu persatu tidak dilengkapi dengan makanan lainnya yang menunjang kelezatan setiap masakan diantaranya adalah Opor Ayam, Gulai Kambing, Tumis Daging sapi, Uta Dada (panganan Kaili), Kalia (Panganan Kaili), Sayur sup, Ayam Panggang Biromaru, Ayam Saus dan masih banyak lagi masakan pelengkap lainnya. 

Ditambah lagi buah-buahan yang masih segar sebagai pencuci mulut atau makanan penutup serta beraneka jenis kue basah dan kering serta minuman khas lainnya.

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pembaca yang telah sudi untuk meluangkan waktunya membaca tulisan saya. Maka saya beserta Istri Nurfiani mengucapkan SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 10 Dzulhijjah 1440 H. 

Semoga dengan Momentum Idul Kurban Tahun ini kita lebih mendekatkan diri Kepada Allah SWT Diberikan kekuatan dalam menghadapi segala cobaan baik itu pada diri anda sendiri maupun pada bangsa yang kita cintai ini. Amien. Sekian. Wassalam.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun