Demi memperkenalkan panganan ini maka pemerintah kota Palu menggelar sebuah acara yang disebut Lebaran Mandura. Kegiatan ini dilaksanakan bersama takmir masjid Kelurahan Baru  ditandai dengan pawai mandura dengan rute mengelilingi boyantongo atau kelurahan baru dengan membawa seratus ikat mandura yang dibentuk seperti gunungan yang menjadi salah satu cirri khas makanan tradisional masyarakat kota palu pada saat lebaran hari raya.
Kegiatan ini menjadi tradisi warga kelurahan Baru bersama pengurus masjid Jami kampung baru yang merupakan kegiatan rutinitas yang dilaksanakan tiap tahunnya usai lebaran Idul Fitri. Berbeda dengan Lebaran Idul Adha masyarakat kota Palu lebih fokus pada menyembelih binatang ternak untuk dijadikan hewan kurban dan dagingnya dibagi-bagikan kepada masyarakat yang membutuhkan atau kurang mampu.
4. Â Â Lalampa atau Gogoso
Lalampa atau gogoso (gogos) tidak jauh berbeda. Jika ditinjau dari penyebutan panganan ini memiliki perbedaan sesuai dengan dari mana asal panganan itu berasal seperti contoh kalau di tanah Jawa panganan ini disebut lemper dan kalau di Gorontalo disebut lalampa sedangkan di Sulawesi Selatan panganan ini disebut Gogos. Â
Lalampa adalah panganan sejenis lemper berisi ikan cakalang yang diisi dalam segumpal beras ketan dan dibungkus dengan daun pisang kemudian dibakar. Begitu pula dengan gogoso hanya saja perbedaanya adalah gogos ada yang tanpa isi ikan serta ada pula yang berisikan ikan. Gogos yang memiliki isi disebut gogos kambu dengan ikan tongkol, kelapa sangria dicampur dengan bumbu. Â
Panganan atau hidangan ini dapat langsung disajikan bersamaan dengan kopi atau teh sebagai kudapan dihari raya maupun hari-hari biasanya. Adapun gogos yang tanpa isi biasa dimakan dengan beraneka macam kari atau opor sesuai dengan selera dan bisa juga langssung dimakan tanpa mengunakan pelengkap lainnya. Panganan ini juga dapat dijmpai di gorontalo yang dikenal memiliki keragaman kulinernya yang saying jika dilewatkan.Â
Untuk di lembah kaili sendiri lalampa lebih dikenal dengan sebutan lalampa toboli yang berhasil menarik perhatian masyarakat kota palu dengan cita rasanya yang tidak kalah dengan lalampa yang ada di Manado, Gorontalo maupun Makassar. Â
Di hidangkan masih hangat-hangat cocok langsung dimakan agar rasa guruh dan freshnya masih dapat dirasakan pada indra pengecap kita.Â
Kemungkinan dinamakan lalampa Toboli adalah para pedagang lalampa ini awal mulanya berjualan di Toboli karena kota Palu merupakan tempat yang menjanjikan maka mereka beralih berjualan di kota Palu tepatnya di Jalur Dua dekat Lapangan Walikota samping Jalan R.A Kartini Palu. Jika anda menyempatkan diri berkunjung ke Kota Palu tidak ada salahnya untuk mencicipi kudapan khas kami.
5.   Kalopa  Â
Pada masyarakat suku Kaili panganan seperti ini banyak sekali dijumpai. Pada umumnya mereka dalam menyambut hari raya selalu melaksanakan tradisi turun temurun "Molabe" sebagai bentuk kesyukuran atau pemanjatan doa kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan sehingga masih bertemu dengan hari tersebut.Â