Tipikal orangtua dari generasi di atas kami yang kurang komunikasi, hidup penuh tekanan kemiskinan yang rawan konflik, membentuk pribadi anak2Â yang terlihat kuat diluar tetapi rapuh didalam.
Setiap anak berusaha bertahan dengan caranya sendiri. Yang kuat, berhasil berdiri walaupun jd ga pedulian, yang krg kuat terseok-seok mencoba bertahan. Anak-anak perempuan belajar untuk menjadi dominan dan cakap menyelesaikan masalah karena melihat ibu yang selalu lebih bisa diandalkan ketimbang ayah.
Tanpa mengecilkan andil ayah yang juga telah susah payah menghidupi anak-anaknya, kita bisa maklumi bahwa merekapun mgkn tidak mendapat contoh yang cukup dari kakek kita.
Kondisi yang berulang terus di tiap generasi ini harus diakhiri...
Buat para ayah,bila anda merasa tersentil membaca tulisan ini berarti ini saatnya untuk mulai merubah cara anda memandang keluarga dan anak2 anda.  Jangan jadikan kesibukan cari uang mengabaikan waktu-waktu penting keluarga anda, walaupun alasan 'saya kerja keras kan untuk mereka juga' sangat menggoda untuk melegalkannya. (Coba bayangkan suatu hari anak anda memanggil anda "Om' karena dia tidak pernah kenal dengan ayahnya..hehehe).
Habiskan lebih banyak waktu dengan keluarga anda, tanamkan lebih banyak nilai kehidupan bagi merka, tertawa dan menangislah lebih banyak bersama mereka, dengarkan lebih banyak istri anda..karena itu sangat berharga buat kami para istri.
Jangan mengulang kesalahan yang sama, ambillah kesempatan untuk berubah betapapun kecilnya. Hidup memang berat, tapi kita dibekali kemampuan untuk bertahan dan memenangkan pertandingan.
Karena bila kita menghadap sang pencipta nanti, DIA hanya akan meminta pertanggung jawaban tentang keluarga yang sdh DIA berikan kepada para ayah/suami dan bukan kepada para ibu/istri.
Peace !!! Met Taon Baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H