Dilihat dari fakta di lapangan bahwa mayoritas pelaku usahatani adalah orang dengan usia lebih dari 40 tahun, hal ini lah yang menyebabkan pertanian di Indonesia membutuhkan pembaharuan tenaga kerja lanjut usia menjadi tenaga kerja generasi muda. Pembaharuan tenaga kerja dilakukan dengan tujuan agar teknologi pertanian yang masih susah atau tidak diterima oleh generasi lanjut usia dapat diterapkan. Penggunaan teknologi pertanian ditujukan untuk mencapai pertanian berkelanjutan.
Minat generasi muda dalam bidang pertanian dinilai masih kurang, sehingga dibutuhkan faktor yang menarik minat generasi muda untuk masuk ke dalam sektor pertanian. Menurut Nugroho et al., (2018) faktor yang menjadi penarik minat generasi muda adalah faktor finansial, faktor warisan orang tua, dan insentif dari pemerintah. Faktor finansial disini dimaksudkan apabila generasi muda dapat mengelola usaha pertanian dengan baik maka akan menghasilkan pendapatan di atas usaha non pertanian. Faktor warisan orang tua merupakan faktor budaya untuk meneruskan usaha orang tua dengan komoditas yanga diusahakan berbeda dengan komoditas sebelumnya, hal ini terjadi karena generasi muda dinilai lebih adaptif dalam mengembangkan komoditas yang berpotensi di pasar. Faktor insentif dari pemerintah, hal ini dimaksudkan apabila pertanian yang dikelola generasi muda berbasis teknologi, maka dalam pelaksanaannya mulai dari pelatihan hingga prakteknya maka akan mendapat insentif. Faktor-faktor yang menarik minat generasi muda diharapkan dapat menjadi dorongan bagi generasi muda untuk masuk ke dalam sektor pertanian dan menjadi pijakan pertama untuk pembangunan pertanian menuju pertanian berkelanjutan.
Bab 3. PEMBAHASAN
3.1 Kondisi tenaga kerja di Indonesia.
Masalah pengangguran dan ketenaga kerjaan sampai saat ini masih menjadi perhatian utama  disetiap negara di dunia khususnya di negara yang sedang berkembang (Wijiyanto et al., 2019). Kedua masalah tersebut merupakan satu kesatuan yang keduanya menciptakan dualisme permasalahan yang saling bertentangan antar satu dengan yang lainnya. Dualisme tersebut terjadi jika pemerintah tidak mampu dalam memanfaatkandan miminimalkan dampak yang diakibatkan dari dua permasalahan tersebut dengan baik. Namun jika pemerintah mampu memanfaatkan kelebihan tenaga kerja yang ada maka dualisme  permasalahan tidak akan terjadi bahkan memberikan dampak yang positif dalam percepatan pembangunan. Demikian sebaliknya jika pemerintah tidak mampu memanfaatkan maka akan menciptakan dampak negatif yang menganggu pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari sudut pandang positif tenaga kerja merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan dan kemajuan ekonomi suatu negara.
Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia tentunya jumlah angkatan kerja juga mengalami peningkatan. Menurut world Bank, kinerja ketenaga kerjaan Indonesia merupakan salah satu yang terkuat di Asia Timur Pasifik. Hal ini karena di dukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, lingkungan ekonomi yang mendukung, dan sektor jasa yang berkembang pesat. Berdasarkan data dari depnaker bahwa sektor informal masih mendominasi sebagai penyumbang lapangan kerja terbesar. Dimana tenaga kerja yang bekerja di sektor informal masih lebih besar di bandingkan dengan yang bekerja disektor formal. Selain itu, struktur tenaga kerja di Indonesia dalam perekonomian sebagian besar berada pada sektor jasa, pertanian dan manufaktur.
3.2 Kondisi tenaga kerja dalam sektor pertanian.
Pertanian merupakan sektor dengan kebutuhan tenaga kerja yang relatif tinggi, hal ini disebabkan oleh sifat pertanian yang dijadikan sebagai sektor pemenuhan bahan pangan. Dalam bidang pertanian terdapat banyak isu-isu yang menghambat berjalannya proses pertanian, salah satu dari isu tersebuat yang hingga kini masih menjadi isu besar di lingkungan pertanian adalah isu alih fungsi lahan. Menurunnya produksi pangan disebabkan oleh alih fungsi lahan pertanian sehingga mengancam kemandirian pangan serta pemubadziran investasi untuk infrastruktur pertanian, terutama saluran irigasi.
Perubahan ekonomi juga berdampak pada perubahan komposisi kebutuhan tenaga kerja antarsektor yang menjadi sangat tidak merata hanya beberapa sektor usaha yang diminati sebagian besar masyarakat Indonesia. Kebutuhan tenaga kerja terbanyak yaitu berada di sektor pertanian, perdagangan, hotel serta restoran. Penduduk Indonesia khususnya kawasan pedesaan mayoritas butuh tenaga kerja di sektor pertanian. Mayoritas tenaga kerja dalam bidang pertanian adalah masyarakat dengan usia lebih dari 40 tahun, oleh sebab itu diperlukan rotasi tenaga kerja, dimana harus ada pembaruan dari tenaga kerja lanjut usia menjadi tenaga kerja dari generasi muda. Untuk meningkatkan minat generasi muda terhadap sektor pertanian diperlukan suatu desain kebijakan secara intensif dan terstruktur dalam rangka pemberdayaan tenaga kerja sehingga akan berpengaruh pada kepada peningkatan produksi atau produktivitas pertanian (Nugroho et al., 2018).
Sebagai contoh sektor pertanian di DIY mengalami penurunan tenaga kerja yang cukup besar dalam 1 dekade terakhir. Jumlah tenaga kerja pertanian mengalami penurunan hamper di semua kelompok usia. Jumlah generasi muda yang beraktivitas pertanian berusia kurang dari 35 tahun masih sedikit bahkan diproyeksikan akan terus menurun sedangkan petani berusia lanjut terus akan meningkat. Pertanian tanaman pangan di Gunungkidul didominasi oleh petani berusia lanjut. Generasi muda lebih tertarik dengan kegiatan pertanian tanaman perkebunan dan hortikultura. Permasalahan rendahnya minat generasi muda beraktivitas di pertanian antara lain disebabkan kepemilikan lahan pertanian yang sempit, waktu bercocok tanam pendek (curah hujan rendah), komoditas tidak berubah atau cenderung dengan tanaman padi serta harga hasil panen berfluktuasi. Untuk mengatasi hal tersebut, Dinas Pertanian Gunungkidul telah membuat perencanaan pengembangan pertanian yakni di Sriten (Gunungkidul bagian utara), Gunung Batur (Gunungkidul bagian selatan), Tambakromo (perbatasan dengan Wonogiiri) sehingga ada pemerataan pembangunan. Dalam action di lapangan, Dinas Pertanian Gunungkidul melaksanakan mekanisasi sawah dam parit, jalan usaha tani, traktorisasi, bantuan power tracer dan RMU.
Untuk meningkatkan minat generasi muda, Dinas Pertanian merancang integrasi pertanian dengan pariwisata (agrowisata). Rencana pengembangan agrowisata diKabupaten Gunungkidul meliputi wilayah Gunung Panggung (lokasi Tambakromo); Wedi Ombo (Girisubo) kawasan buah; Sriten (Kilangrejo Nguripa) untuk manggis dan kelengkeng; Sinom (Nglipar); dan Nglanggeran untuk kebun buah durian Kencono Rukmi, sayuran.