Bab 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris sangat memperhatikan kelancaran sektor pertaniannya (Oktavia et al., 2020). Indonesia merupakan negara pertanian yang artinya pertanian memegang peranan yang sangat penting dari keseluruhan perekonomian nasional, hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja pada sektor pertanian (Sayifullah & Emmalian, 2018). Mayoritas penduduk bekerja di kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan (BPS, 2021).Â
Hal itu menjadikan sektor pertanian sebagai sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Indonesia (Oktavia et al., 2020). Tenaga kerja adalah salah satu unsur dari perusahaan dan memiliki peran yang sangat penting dalam operasional perusahaan (Hadiwiryo, 2021).
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor dinamika dalam perkembangan ekonomi jangka panjang bersamaan dengan ilmu pengetahuan teknologi, sumber daya alam dan kapasitas produksi (Sayifullah & Emmalian, 2018).Â
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk atau populasi manusia, menurut Sayifullah & Emmalian, (2018) besarnya jumlah penduduk akan menyebabkan terhambatnya pembangunan ekonomi jika pertambahan jumlah penduduk tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan angkatan kerja.Â
Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi seperti penduduk bekerja, atau yang punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran (BPS, 2021).Â
Keberadaan tenaga kerja di bidang pertanian bergantung pula pada kondisi dan situasi pertanian tersebut, adanya isu alih fungsi lahan yang berdampak pada perekonomian juga menjadi salah satu faktor adanya kenaikan maupun penurunan jumlah tenaga kerja.
- Rumusan Masalah
- Bagaimana kondisi tenaga kerja di Indonesia?
- Bagaimana kondisi tenaga kerja dalam sektor pertanian?
- TujuanÂ
- Mengetahui kondisi tenaga kerja di Indonesia.
- Mengetahui kondisi tenaga kerja dalam sektor pertanian.
Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tenaga kerja merupakan masyarakat yang sudah memasuki usia kerja, baik dari yang sudah bekerja atau yang sedang mencari kerja. Dalam bidang pertanian, tenaga kerja manusia masih sangat dibutuhkan karena mayoritas pertanian di Indonesia merupakan pertanian rakyat yang dalam pengolahan lahannya pasti masih menggunakan tenaga kerja manusia.
Selain pertanian rakyat, pertanian yang dikelola oleh perusahaan juga belum sepenuhnya menggunakan teknologi dalam pengolahan lahan atau kegiatan usaha taninya sehingga peran dari tenaga kerja manusia masih sangat dibutuhkan.Â
Dilihat dari fakta di lapangan bahwa mayoritas pelaku usahatani adalah orang dengan usia lebih dari 40 tahun, hal ini lah yang menyebabkan pertanian di Indonesia membutuhkan pembaharuan tenaga kerja lanjut usia menjadi tenaga kerja generasi muda. Pembaharuan tenaga kerja dilakukan dengan tujuan agar teknologi pertanian yang masih susah atau tidak diterima oleh generasi lanjut usia dapat diterapkan. Penggunaan teknologi pertanian ditujukan untuk mencapai pertanian berkelanjutan.
Minat generasi muda dalam bidang pertanian dinilai masih kurang, sehingga dibutuhkan faktor yang menarik minat generasi muda untuk masuk ke dalam sektor pertanian. Menurut Nugroho et al., (2018) faktor yang menjadi penarik minat generasi muda adalah faktor finansial, faktor warisan orang tua, dan insentif dari pemerintah. Faktor finansial disini dimaksudkan apabila generasi muda dapat mengelola usaha pertanian dengan baik maka akan menghasilkan pendapatan di atas usaha non pertanian. Faktor warisan orang tua merupakan faktor budaya untuk meneruskan usaha orang tua dengan komoditas yanga diusahakan berbeda dengan komoditas sebelumnya, hal ini terjadi karena generasi muda dinilai lebih adaptif dalam mengembangkan komoditas yang berpotensi di pasar. Faktor insentif dari pemerintah, hal ini dimaksudkan apabila pertanian yang dikelola generasi muda berbasis teknologi, maka dalam pelaksanaannya mulai dari pelatihan hingga prakteknya maka akan mendapat insentif. Faktor-faktor yang menarik minat generasi muda diharapkan dapat menjadi dorongan bagi generasi muda untuk masuk ke dalam sektor pertanian dan menjadi pijakan pertama untuk pembangunan pertanian menuju pertanian berkelanjutan.
Bab 3. PEMBAHASAN
3.1 Kondisi tenaga kerja di Indonesia.
Masalah pengangguran dan ketenaga kerjaan sampai saat ini masih menjadi perhatian utama  disetiap negara di dunia khususnya di negara yang sedang berkembang (Wijiyanto et al., 2019). Kedua masalah tersebut merupakan satu kesatuan yang keduanya menciptakan dualisme permasalahan yang saling bertentangan antar satu dengan yang lainnya. Dualisme tersebut terjadi jika pemerintah tidak mampu dalam memanfaatkandan miminimalkan dampak yang diakibatkan dari dua permasalahan tersebut dengan baik. Namun jika pemerintah mampu memanfaatkan kelebihan tenaga kerja yang ada maka dualisme  permasalahan tidak akan terjadi bahkan memberikan dampak yang positif dalam percepatan pembangunan. Demikian sebaliknya jika pemerintah tidak mampu memanfaatkan maka akan menciptakan dampak negatif yang menganggu pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari sudut pandang positif tenaga kerja merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan dan kemajuan ekonomi suatu negara.
Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia tentunya jumlah angkatan kerja juga mengalami peningkatan. Menurut world Bank, kinerja ketenaga kerjaan Indonesia merupakan salah satu yang terkuat di Asia Timur Pasifik. Hal ini karena di dukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, lingkungan ekonomi yang mendukung, dan sektor jasa yang berkembang pesat. Berdasarkan data dari depnaker bahwa sektor informal masih mendominasi sebagai penyumbang lapangan kerja terbesar. Dimana tenaga kerja yang bekerja di sektor informal masih lebih besar di bandingkan dengan yang bekerja disektor formal. Selain itu, struktur tenaga kerja di Indonesia dalam perekonomian sebagian besar berada pada sektor jasa, pertanian dan manufaktur.
3.2 Kondisi tenaga kerja dalam sektor pertanian.
Pertanian merupakan sektor dengan kebutuhan tenaga kerja yang relatif tinggi, hal ini disebabkan oleh sifat pertanian yang dijadikan sebagai sektor pemenuhan bahan pangan. Dalam bidang pertanian terdapat banyak isu-isu yang menghambat berjalannya proses pertanian, salah satu dari isu tersebuat yang hingga kini masih menjadi isu besar di lingkungan pertanian adalah isu alih fungsi lahan. Menurunnya produksi pangan disebabkan oleh alih fungsi lahan pertanian sehingga mengancam kemandirian pangan serta pemubadziran investasi untuk infrastruktur pertanian, terutama saluran irigasi.
Perubahan ekonomi juga berdampak pada perubahan komposisi kebutuhan tenaga kerja antarsektor yang menjadi sangat tidak merata hanya beberapa sektor usaha yang diminati sebagian besar masyarakat Indonesia. Kebutuhan tenaga kerja terbanyak yaitu berada di sektor pertanian, perdagangan, hotel serta restoran. Penduduk Indonesia khususnya kawasan pedesaan mayoritas butuh tenaga kerja di sektor pertanian. Mayoritas tenaga kerja dalam bidang pertanian adalah masyarakat dengan usia lebih dari 40 tahun, oleh sebab itu diperlukan rotasi tenaga kerja, dimana harus ada pembaruan dari tenaga kerja lanjut usia menjadi tenaga kerja dari generasi muda. Untuk meningkatkan minat generasi muda terhadap sektor pertanian diperlukan suatu desain kebijakan secara intensif dan terstruktur dalam rangka pemberdayaan tenaga kerja sehingga akan berpengaruh pada kepada peningkatan produksi atau produktivitas pertanian (Nugroho et al., 2018).
Sebagai contoh sektor pertanian di DIY mengalami penurunan tenaga kerja yang cukup besar dalam 1 dekade terakhir. Jumlah tenaga kerja pertanian mengalami penurunan hamper di semua kelompok usia. Jumlah generasi muda yang beraktivitas pertanian berusia kurang dari 35 tahun masih sedikit bahkan diproyeksikan akan terus menurun sedangkan petani berusia lanjut terus akan meningkat. Pertanian tanaman pangan di Gunungkidul didominasi oleh petani berusia lanjut. Generasi muda lebih tertarik dengan kegiatan pertanian tanaman perkebunan dan hortikultura. Permasalahan rendahnya minat generasi muda beraktivitas di pertanian antara lain disebabkan kepemilikan lahan pertanian yang sempit, waktu bercocok tanam pendek (curah hujan rendah), komoditas tidak berubah atau cenderung dengan tanaman padi serta harga hasil panen berfluktuasi. Untuk mengatasi hal tersebut, Dinas Pertanian Gunungkidul telah membuat perencanaan pengembangan pertanian yakni di Sriten (Gunungkidul bagian utara), Gunung Batur (Gunungkidul bagian selatan), Tambakromo (perbatasan dengan Wonogiiri) sehingga ada pemerataan pembangunan. Dalam action di lapangan, Dinas Pertanian Gunungkidul melaksanakan mekanisasi sawah dam parit, jalan usaha tani, traktorisasi, bantuan power tracer dan RMU.
Untuk meningkatkan minat generasi muda, Dinas Pertanian merancang integrasi pertanian dengan pariwisata (agrowisata). Rencana pengembangan agrowisata diKabupaten Gunungkidul meliputi wilayah Gunung Panggung (lokasi Tambakromo); Wedi Ombo (Girisubo) kawasan buah; Sriten (Kilangrejo Nguripa) untuk manggis dan kelengkeng; Sinom (Nglipar); dan Nglanggeran untuk kebun buah durian Kencono Rukmi, sayuran.
Salah satu kelompok generasi muda yang berhasil mengelola agrowisata di Gunungkidul terdapat di Nglanggeran. Kegiatan agrowisata berhasil menarik penduduk yang telah keluar untuk kembali bekerja dalam perkebunan dan pariwisata. Alasan utama generasi muda memilih pengembangan agrowiisata ini adalah pendapatan yang lebih besar dibandingkan pekerjaan nonpertanian serta kesadaran pribadi setelah mendapat pelatihan dari Dinas. Dalam pelaksanaannya, kelompok pemuda mendapat pelatihan dari Dinas Pertanian Gunungkidul dan pelatihan tanaman perkebunan. Untuk kelanjutannya, kelompok kemudian mendapat pendampingan kelembagaan dari INSTIPER serta pendampingan untuk tanaman durian dan kelengkeng dari PT. PERTAMINA (Nugroho et al., 2018)
Bab 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tenaga kerja adalah salah satu unsur dari perusahaan dan memiliki peran yang sangat penting dalam operasional perusahaan. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor dinamika dalam perkembangan ekonomi jangka panjang bersamaan dengan ilmu pengetahuan teknologi, sumber daya alam dan kapasitas produksi. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk atau populasi manusia, menurut Sayifullah & Emmalian, (2018) besarnya jumlah penduduk akan menyebabkan terhambatnya pembangunan ekonomi jika pertambahan jumlah penduduk tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan angkatan kerja.
Tenaga kerja yang bekerja di sektor informal masih lebih besar di bandingkan dengan yang bekerja disektor formal. Selain itu, struktur tenaga kerja di Indonesia dalam perekonomian sebagian besar berada pada sektor jasa, pertanian dan manufaktur. Sebagai contoh sektor pertanian di DIY mengalami penurunan tenaga kerja yang cukup besar dalam 1 dekade terakhir. Jumlah tenaga kerja pertanian mengalami penurunan hamper di semua kelompok usia. Jumlah generasi muda yang beraktivitas pertanian berusia kurang dari 35 tahun masih sedikit bahkan diproyeksikan akan terus menurun sedangkan petani berusia lanjut terus akan meningkat. Pertanian tanaman pangan di Gunungkidul didominasi oleh petani berusia lanjut. Untuk mengatasi hal tersebut, Dinas Pertanian Gunungkidul telah membuat perencanaan pengembangan pertanian yakni di Sriten (Gunungkidul bagian utara), Gunung Batur (Gunungkidul bagian selatan), Tambakromo (perbatasan dengan Wonogiiri) sehingga ada pemerataan pembangunan. Dalam action di lapangan, Dinas Pertanian Gunungkidul melaksanakan mekanisasi sawah dam parit, jalan usaha tani, traktorisasi, bantuan power tracer dan RMU.
4.2 Saran
Untuk memperlancar jalannya ketenaga kerjaan yang ada di Indonesia dibutuhkan peran pemerintah agar mampu memanfaatkan kelebihan tenaga kerja yang ada maka tidak akan terjadi pengangguran dan bahkan memberikan dampak yang positif dalam percepatan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. (2021). Booklet Sakernas Survei Angkatan Kerja Nasional. In Booklet Sakernas (pp. 1--25).
Hadiwiryo, S. (2021). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia.
Nugroho, A. D., Waluyati, L. R., & Jamhari, J. (2018). Upaya Memikat Generasi Muda Bekerja Pada Sektor Pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta. JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik Universitas Medan Area, 6(1), 76--95.Â
Oktavia, A., Zulfanetti, Z., & Yulmardi, Y. (2020). Analisis produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Sumatera. Jurnal Paradigma Ekonomika, 12(2), 39--48.Â
Sayifullah, S., & Emmalian, E. (2018). Pengaruh Tenaga Kerja Sektor Pertanian Dan Pengeluaran Pemerintah Sektor Pertanian Terhadap Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Di Indonesia. Jurnal Ekonomi-Qu, 8(1), 66--81.Â
Wijayanto, H., & Ode, S. (2019). Dinamika Permasalahan Ketenagakerjaan Dan Pengangguran Di Indonesia. Administratio: Jurnal Ilmiah Administrasi Publik Dan Pembangunan, 10(1), 1--8.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI