Mohon tunggu...
Ryan Prasetya
Ryan Prasetya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Mangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Broken Home

27 November 2023   13:36 Diperbarui: 27 November 2023   13:41 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

        Ray, salah seorang siswa dari SMAN 1 Mandau yang merupakan salah satu sma favorit di Kota Duri. Kesehariannya diisi dengan belajar dan bekerja. Dari pagi hingga sore ia fokus belajar demi meraih impiannya menjadi seorang abdi negara. Sore menjelang maghrib ia mulai mengayuh sepedanya mencari toko-toko yang membutuhkan tenaga kerja. Ray biasanya pulang pada jam 20.00 WIB ketika sudah selesai melaksanakan shalat isya’.

        “Bu, ini hasil kerja Ray hari nii” Ujar Ray usai pulang ke rumah.

       “Alhamdulillah Ray, tapi kamu ga perlu repot-repot untuk kerja nak, ibu bisa mencukupi kehidupan kamu dan adik-adik kamu” Jawab Ibu Ray dengan tersenyum.

      “Gapapa buk, Ray juga ingin membantu meringankan pekerjaan ibu, apalagi semenjak ayah pergi beban ibu justru semakin bertambah” Ray tersenyum.

      “Yaudah lah kalau begitu nak” Ibu Ray menghela nafas.

       Itulah kehidupan seorang Ray, ia memiliki 2 adik yang masih sekolah dasar. Ayah Ray pergi meninggalkan mereka dengan wanita simpanannya ketika Ibu Ray mengandung adik bungsunya. Ray bertekad untuk menjadi tulang punggung keluarganya untuk meringankan beban ibunya dalam menghidupi ia dan adik-adiknya. Ia berkata pada dirinya sendiri untuk tidak menjadi seperti ayahnya nanti ketika dewasa. 

       Suatu hari ketika Ray pergi mengayuh sepedanya untuk mencari orang yang bisa dibantu ia melihat seorang kakek yang menjual minyak eceran. Akan tetapi karena tubuhnya yang sudah tidak kuat, kakek tersebut tidak kuat menjalankan usahanya lagi. Ray menyempatkan dirinya untuk membantu kakek tersebut setiap sore.

       “Hei nak, kamu ambil saja duitnya, kan kamu yang kerja membantu saya” Ujar sang kakek.

       “Tidak usah kek, lebih baik kakek saja yang ambil untuk memenuhi kebutuhan kakek nanti” Jawab Ray sembari mengayuh sepeda pergi.

        Usaha Ray yang keras dan berkat prestasi-prestasinya di sekolah menjadi peluang besar Ray untuk masuk sekolah kedinasan impiannya. Guru dan teman-temannya selalu menjadi penyemangat untuk Ray. Mereka berharap untuk seorang Ray yang tidak kondisi ekonomi terlalu mencukupi agar dapat mencapai cita-citanya dan membanggakan ibu serta adik-adiknya. Lalu setibanya di sekolah, Ray dan teman-temannya telah selesai melaksanakan ujian terakhir.

        “Hei, Ray kamu ranking ke berapa??” Tanya Joe salah seorang teman Ray.

        “Gak tinggi-tinggi amat kok joo, kek biasaa” Jawab Ray sambil tersenyum.

        “Alah bohong ajaa, kamu mah merendah untuk meroket teruss” Jawab Joe geram.

        “Hahaha, liat aja sendiri sanaa Joo ngapain nanya-nanya ke aku” Ray menunjuk kea rah mading guru.

        “Oke, kamu tunggu disini, jangan kemana-mana” Joe beranjak pergi.

         Joe pun pergi untuk melihat papan nilai di dekat majelis guru. Ia berdesak-desakan dengan murid-murid lain yang juga ingin melihat nilai mereka. Percobaan pertama Joe mendorong dan gagal, ia terlempar dari rombongan. Percobaan kedua Joe mendorong lagi akan tetapi ia malah terjepit diantara anak ekskul binaraga yang memiliki otot-otot besar. Alhasil Joe menyerah dan pergi ke tempat Ray kembali.

         “Nah gimana Jo, keliatan?” Tanya Ray sambil nyengir.

         “Sengaja kamu rupanya Ray” Jawab Joe sambil memegangi pundaknya yang sakit karena terjatuh barusan.

         “Makanya aku gamau kesana, jadi aku pancing deh biar kamu yang pergi hehehehe” Ray tertawa sambil lari dari kejaran Joe.

         Melihat kehidupan Ray yang bercengkrama dengan teman-temannya sulit dipercaya bahwa ia salah satu dari anak Indonesia yang keluarganya rusak. Ray sendiri percaya bahwa dengan senyuman ia dapat memberikan kebahagiaan juga untuk orang di sekitarnya. Ia merupakan anak yang memiliki mental yang amat kuat sehingga dikagumi oleh teman-teman di sekolahnya. Joe sendiri yang merupakan sahabatnya juga selalu mengikutinya karena ia mengidolakan seorang Ray yang sudah dewasa dalam menghadapi masalah.

         Sore menjelang maghrib sekolah mulai sepi.

         “Hei joe, ayo liat papan nilai di majelis guru yok, udah pada sepi nih” Ray mengajak.

         “Sip, ayok Ray” Jawab Joe sambil mengemasi tasnya.

         Mereka berjalan pergi meninggalkan ruang kelas yang mulai sepi. Dalam perjalanan Joe bertanya-tanya apakah Ray pernah menyesali hidupnya karena hidup dengan keluarga yang rusak.

         “Ray, apa kamu tidak pernah menyesal terlahir di keluarga yang kurang harmonis” Joe bertanya ragu.

         “Aduh Joo Joo, itu lagi pertanyaannya” Ray tersenyum sambil menghela nafasnya.

         “Abisnya kan kalau aku jadi kamu udah pasti kesal kali punya bapak kayak gitu” Joe mulai tak sabaran.

         “Hahaha oke oke aku paham” Ray menenangkan.

         “Gini Joe, menurut aku sendiri gaada gunanya buat aku untuk menyesal terhadap hidup Joe, semakin aku menyesal semakin aku tersadar aku juga beruntung” Ray tersenyum menatap murid yang lalu lalang.

         “Di kelilingi oleh guru dan teman-teman yang selalu mendukungku, di support oleh ibu ku yang selalu khawatir terhadapku, selalu disambut pulang oleh adik-adikku yang manis, aku merasa apa yang perlu ku sesali dalam hidup aku?” Sambung Ray.

         “Kamu juga Joe, kamu udah bantu aku dan memberikan aku hiburan-hiburan selama sekolah ini, emang ada aku keliatan menyesal berteman dengan kamu?” Ray menyelesaikan.

         “Hahaha iya juga yaa Ray, aku cuman bisa berharap yang terbaik untuk kamu, dan semoga kamu dapat mencapai cita-cita kamu di masa depan” Jawab Joe.

         “Aamiin Joe, kamu juga” Jawab Ray sambil mengadahkan tangan.

         “Aamiin” Joe ikut mengadahkan tangan.

         10 tahun kemudian kedua sahabat ini bertemu lagi di sebuah bandara. Ray mengenakan seragam dinasnya lengkap dengan atributnya. Dan Joe menggunakan seragam putih dengan topi pilotnya.

         “Wahh udah keren nih si anak broken home, jadi abdi negara” Ujar Joe penuh bangga.

         “Hahaha, kamu juga udah gagah pakai seragam pilot” Ray tertawa.

         “Akhirnya ya, cita-cita kamu tercapai pasti ibu dan adik-adik mu bangga Ray” Joe tersenyum menepuk pundak Ray.

         “Iyaa Joe makasih, kamu juga udah keren sekarang, anak yang dulu jadi badut kelas sekarang udah jadi pilot hahaha” Ray meledek sembari kabur dari cengkraman Joe.

         Dan begitulah kisah kehidupan dari seorang Ray. Walaupun terkadang hidup ini tidak adil untuk kita, akan tetapi lihatlah apa yang patut di syukuri dari hidup. Jangan selalu melihat ke depan dan berandai itu terlalu berat untuk di capai. Sekali-kali lihatlah ke belakang siapa saja yang ada untuk mendorongmu mencapai tujuan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun