Mohon tunggu...
Ryan Perdana
Ryan Perdana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca dan Penulis

Kunjungi saya di www.ryanperdana.com dan twitter @ruaien

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Perjalanan Karierku sebagai Gitaris (Bagian 2)

30 Juli 2020   11:58 Diperbarui: 30 Juli 2020   13:08 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah disela beberapa tulisan bertema lain, tulisan Perjalanan Karierku sebagai Gitaris akhirnya mendapat alasan dan momentum untuk dilanjutkan. Silakan menuju tulisan pertama agar mendapat alur yang utuh.

Jadi, usai lancar memainkan Mahadewi, Semua Tak Sama menjadi destinasi berikutnya. Lagi-lagi lagu PadI. Saat itu, lewat album Sesuatu yang Tertunda, PadI berada di puncak ketenaran dan kreativitas. Hits-nya wira-wiri di televisi, radio, pusat belanja elit, dan lapak kaset bajakan di pasar yang kumuh.

Di masa melancarkan genjrengan Semua Tak Sama bersama Mas Agus Vogel, pada suatu Sabtu yang libur, Bapak pamit ke Semarang. Tak ada yang patut dicurigai, karena hal biasa. Beliau beli apa-apa di sana.

Sore hari, ditentenglah sebuah kardus yang secara konstruksi asing di mata. Bentuknya belum pernah tersapu pandangan. Ganjil dan tak teridentifikasi.

Kardus berbentuk segitiga berujung tumpul. Saya menerka-nerka dan tak menemukan jawaban apa rupanya.

Sesampai di ruangan, tanpa sabar menunggu, kardus langsung dibuka. Dan, Yaaa Tuhan seru sekalian alam, sebuah gitar!

Saya belum pernah meminta, tiba-tiba apa yang didamba sudah ada di depan mata. Sebuah kejutan mengharukan.  

***

Seingat saya, Bapak Ibu tak pernah menyinggung kebiasaan saya saban hari menyambangi kontrakan Mas Wignyo. Pun dengan aktivitas di sana yang tak jauh dari memegang dan diajari gitar.

Tapi ternyata, diam-diam beliau berdua mengamati dan menyusun rencana. Rasa-rasanya mereka iba pada anak lelakinya. Di samping mengasihani, mungkin dari sorot mata dan bahasa tubuh, terlihat antusiasme saya yang meletup-letup.

Gitar itu berwarna cokelat berkilau. Bau kayu dan catnya masih terendus. Sangat tajam dan tercium bau-bau barang baru. Sungguh tampan dan elok. Perwujudan karya seni prestisius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun