"Bu Rere? Â Owner?"
"Ya," Bella mengangguk. Â "Dan beliau langsung mengeluarkan surat rekomendasi ke para direksi. Â Direksi pun nggak bisa apa-apa selain menuruti perintah bu Rere."
Bella memandangku lekat-lekat hingga aku sedikit grogi.
"Kamu hebat," ujarnya dengan nada yang terdengar sangat sensual di telingaku. Â "Atau barangkali kamu beruntung -- seperti katamu tadi."
Aku tertawa untuk membuang rasa grogiku.
"Bisa aja kamu, Bell. Â Tapi kok bu Rere bisa tau secepat itu ya?"
Tepat pada saat itu ponsel Bella berbunyi.
"Bella, Pak. Â Ada yang bapak butuhkan?" Sekretaris direksi tersebut menyapa si penelepon. Â Raut wajah dan gesturnya menjadi serius. Â Ia tampak dengan cermat mendengarkan lawan bicaranya.
Aku memerhatikannya.
Dan pikiranku melayang, kembali ke masa dimana Bella menjadi bahan gunjingan semua orang. Â Tua, muda, laki-laki, perempuan, semua membicarakannya.
"Wiiih bodinyaa."