Hidup macam apa ini?
* * *
Jam 07.10, aku sudah di dalam kereta komuter yang penuh sesak. Â Pendingin udara di dalam kereta tak lagi terasa akibat sesaknya penumpang apalagi ditambah pancaran cahaya matahari dari luar.
Jam 08.20, aku turun dari ojek online dan bergegas menuju mesin presensi. Â Kantorku terletak di gedung pencakar langit berlantai 49. Â Banyak perusahaan yang berkantor di gedung ini karena lokasinya yang prestisius, terletak di jantung bisnis ibukota.
Ting!
Pintu lift terbuka.
Diantara salaryman yang lalu-lalang di pagi yang sibuk ini, aku berharap bisa sekadar bertegursapa dengan Bella si cantik sekretaris direksi -- atau paling tidak, satu lift dengannya. Â Jikapun tidak kesampaian, hanya melihat penampilannya pagi ini sudah cukup bagiku.
Tapi pagi ini rupanya bukan pagi keberuntunganku. Â Bahkan sampai tiba di mesin presensi, aku sama sekali tak melihat keberadaannya.
Masa bodo, batinku.
Masuk kantor tepat waktu jauh lebih baik.
Aku melihat jam tanganku saat meletakkan ibu jari di pemindai mesin presensi.