Berikutnya lelaki ini bangkit dari duduknya dan bersimpuh memeluk kaki si wanita tua. Isakannya berubah menjadi tangisan.
Malik menangis tanpa peduli keadaan sekelilingnya.
“Bunda… bunda, ampuni aku, Bunda.”
Wanita tua itu – sang bunda– tertunduk, dengan tangan bergetar ia mengusap kepala putra tunggalnya. Dua bulir air bening mengalir dari matanya.
“Kamil, anakku. Anakku…”
Seruni menatap pertemuan indah ibu dan anak tersebut. Matanya basah namun bibirnya menyunggingkan senyuman.
NB :
- Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
- Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community
- Tulisan ini merupakan versi edit dari tulisan dengan judul sama di blog pribadi saya untuk event "Fiksi Ramadhan" yang diadakan oleh Fiksiana Community.
- Sumber gambar : panjimas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H