[caption id="attachment_366319" align="aligncenter" width="500" caption="potongan manga kungfu boy karya takeshi maekawa, perhatikan bahwa di panel kiri yang menampilkan pemandangan sama sekali tidak ada tulisan (sumber gambar : mangaspiral.blogspot.com)"]
Lihat?
Di panel kiri yang menggambarkan suasana alam, sama sekali tidak terlihat adanya narasi atau deskripsi yang menceritakan suasana desa atau apapun. Â Jika di komik Indonesia mungkin sudah ada deskripsi yang kira-kira menggambarkan suasana desa atau kegiatan yang dilakukan sang tokoh.
Imbasnya pembaca jadi bebas berimajinasi, lagipula kita bisa menikmati gambar tanpa terganggu tulisan.
Ekspresif
Dalam bahasa sehari-hari mungkin bisa diistilahkan sebagai ‘lebay’ atau ‘dramatis’ sbb :
[caption id="attachment_366320" align="aligncenter" width="500" caption="potongan dari manga sailor moon karya takeuchi naoko, apa pesan mangakanya sampai pada pembaca? (sumber gambar : rewinnita.wordpress.com)"]
Dengan melihat gambar di atas saja, saya yakin pesan yang ingin disampaikan si pelukisnya sudah sampai ke pembaca. Â Perasaan hati seorang gadis yang berjumpa dengan pemuda yang disukainya.
Hal seperti itulah yang menjadi salah satu keunggulan telak manga terhadap komik lain.
Sekali lagi, mungkin karena kebanyakan komik Indonesia ditujukan untuk pembaca cowok sehingga hal-hal semacam itu (pesan yang bisa sampai ke pembaca) sulit saya dapatkan dari komik Indonesia. Â Dalam hal ini, komik Indonesia lebih condong ke komik Barat yang lebih mengedapankan sensualitas (fisik) ketimbang perasaan.
Tidak percaya?
Saya ingat beberapa komik yang pernah saya baca menampilkan sosok-sosok perempuan bertubuh sintal dengan mengenakan pakaian yang menonjolkan dada dan pantat serta menyingkapkan paha.  Formula ini mirip dengan yang digunakan komikus-komikus Barat ketika menampilkan tokoh-tokoh wanita.  Bukannya tidak baik, hanya saja pembaca cewek mungkin kurang suka 'pertunjukan' semacam ini, kalo yang cowok sih saya yakin seneng-seneng aja.